— Mengajarkan Tauhid Melalui Pengajaran Al-Qur’an —
Kisah ini diceritakan oleh Syaikh Prof. Dr. Abdurrazaq bin Abdul Muhsin hafidzahumullah kurang lebih 27 tahun lalu (tahun 1425 H), tentang perjalanan dakwah salah seorang da’i Ahlus Sunnah di zaman ini yang berasal dari Pakistan.
Kisah tersebut dimulai ketika beliau membuka ladang dakwah di daerah yang sudah amat menjamur di dalamnya praktek kesyirikan, dan ritual ke-bid’ah-an yang telah mendarah daging dalam kehidupan masyarakatnya.
Beliau memulai dakwahnya dengan menawarkan diri kepada orang-orang setempat, untuk mengajari anak-anak mereka menulis dan membaca Al-Qur’an.
Dengan senang hati para orang tua menyerahkan anak-anak mereka untuk dididik oleh Syaikh tersebut. Meskipun mereka tetap waspada dan terus mengawasi ‘orang baru’ tersebut, karena khawatir beliau membawa pemahaman ‘nyleneh’.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dengan penuh kesabaran Syaikh mendidik anak-anak kampung itu, hingga mulailah terlihat buah jerih payahnya.
Anak-anak mulai bisa membaca Al-Qur’an dan mereka semakin hormat serta rajin membantu orang tuanya. Hal itu disebabkan karena di sela-sela belajar Al-Qur’an, sang Syaikh tidak pernah lupa menasehati santri- santrinya agar selalu berbakti dengan baik kepada orang tua mereka.
Mulailah tumbuh kecintaan dan penghormatan penduduk kampung terhadap Syaikh, karena mereka merasa bahwa beliau telah banyak berjasa mengubah anak-anak mereka menjadi lebih baik.
Ketika Syaikh melihat bahwa saatnya telah tiba, beliau pun mulai menafsirkan beberapa ayat yang berisi perintah untuk memurnikan ibadah hanya untuk Allah semata, sambil menyinggung beberapa praktek kesyirikan yang ada.
Hingga datanglah saat di mana penduduk kampung melakukan kebiasaan ritual kesyirikan mereka. Begitu mereka akan memulai acara, sebagian santri-santri Syaikh menegur bapak- bapak mereka, sembari mengingatkan bahwa acara-acara seperti ini dilarang di dalam Al-Qur’an pada surat dan ayat sekian.
Bapak-bapak mereka pun terheran-heran, lalu dengan emosi mereka bertanya siapa yang mengajari mereka ajaran seperti itu?
Anak-anak menjawab dengan ringan, “Syaikh kami”.
Ketika mendengar jawaban anak-anak tersebut, emosi yang telah memuncak turun dengan teratur. Ternyata orang yang membawa ‘pemahaman baru’ tersebut adalah orang yang mereka cintai dan hormati, serta telah banyak berjasa mendidik anak-anak mereka.
Maka mereka pun berangkat menemui Syaikh di masjidnya. Dengan penuh kearifan dan sikap lemah lembut, Syaikh menjelaskan duduk permasalahan ritual kesyirikan itu di dalam pandangan syariat Islam.
Akhirnya berkat hidayah dari Allah, kampung yang awalnya merupakan salah satu basis terbesar kesyrikan dan ke-bid’ah-an di negeri itu, berubah menjadi salah satu markas para pengusung tauhid dan pembela sunnah di negeri tersebut.
Allahu Akbar!
Kita pun bisa menerapkan metode di atas pada masyarakat kita. Bisa dengan mulai membuka taman baca Al Qur’an untuk anak-anak atau bisa juga dengan mengadakan pengajian tafsir untuk orang tua mereka.
Ketika telah sampai di ayat kelima surat Al-Fatihah kita bisa menekankan kewajiban memurnikan ibadah dan permohonan tolong hanya untuk Allah semata.
Berikut beberapa faedah yang bisa kita petik dari kisah di atas:
1. Berdakwah dengan ikhlas hanya mengharapkan wajah Allah Ta’ala.
2. Merencanakan strategi dakwah yang baik dan melakukannya secara bertahap.
3. Hendaknya seorang da’i lebih kreatif dalam mencari pintu-pintu dakwah untuk mengajarkan tauhid kepada umat.
4. Pentingnya memulai dakwah dengan tauhid dan memprioritaskannya.
5. Memulai dakwah dengan tauhid dan memprioritaskannya bukan berarti kita hanya berdakwah kepada tauhid saja dan mengesampingkan ajaran-ajaran Islam yang lain, seperti fiqih dan akhlak.
Namun, hal ini bertujuan agar kita mencontoh metode dakwah para nabi.
6. Dakwah yang disampaikan dengan hati (ikhlas) maka akan diterima oleh hati yang ikhlas pula.
7. Bersabar dalam berdakwah
8. Akhlak mulia menjadi sebab tumbuhnya rasa cinta dan rasa hormat di antara kita.
9. Buah dari ilmu adalah amal.
10. Berdakwah penuh dengan pengorbanan.
(Sumber :: 14 Contoh Praktek hikmah dalam berdakwah, Hal. 52-54)
(✍🏻 Ditulis oleh Ustadz Andre Satya Winatra :: Bekasi, 01 Januari 2024)