RANGKUMAN BAB 8 – KESAKSIAN PALSU

 

A. Pengertian kesaksian palsu

Kesaksian palsu adalah kesaksian yang ditegakkan di atas kebohongan, kebathilan dan tuduhan kepada orang lain untuk membatalkan kebenaran dan membenarkan kebathilan atau untuk menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.

 

B. Hukum kesaksian palsu

Kesaksian palsu adalah perbuatan yang diharamkan dan termasuk dosa yang paling besar. Diantara dalilnya adalah surat Al Haj ayat 30. Allah berfirman :

ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ حُرُمَٰتِ ٱللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُۥ عِندَ رَبِّهِۦ ۗ وَأُحِلَّتْ لَكُمُ ٱلْأَنْعَٰمُ إِلَّا مَا يُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ ۖ فَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلرِّجْسَ مِنَ ٱلْأَوْثَٰنِ وَٱجْتَنِبُوا۟ قَوْلَ ٱلزُّورِ

“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.” (Al-Hajj : 30)

Demikianpula sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diriwayatkan dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, 

أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ

“Apakah kalian mau aku beritahu dosa besar yang paling besar?” 

Beliau menyatakannya tiga kali. Mereka menjawab, “Mau, wahai Rasulullah.” 

Beliau pun bersabda, 

الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ

“Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orangtua.” 

Lalu beliau bangkit untuk duduk dari sebelumnya berbaring, kemudian melanjutkan sabdanya, 

أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ

“Ketahuilah, juga ucapan keji (curang).” 

Dia berkata, “Beliau terus saja mengatakannya berulang-ulang hingga kami mengatakan, ‘Duh, sekiranya beliau berhenti.” (HR. Bukhari no. 2654 dan Muslim no. 87)

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang al-kabaa’ir (dosa-dosa besar). Maka beliau bersabda,

الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ

“Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orangtua, membunuh orang, dan bersumpah palsu.” (HR. Bukhari no. 2653 dan Muslim no. 88)

 

C. Cara mengetahui kesaksian palsu

  • Pelaku mengakui bahwa dia telah memberikan kesaksian palsu.
  • Adanya bukti yang menunjukkan bahwa pelaku memberikan kesaksian palsu.
  • Adanya saksi yang mengetahui bahwa pelaku memberikan kesaksian palsu.

 

 

Diringkas oleh Ahmad Imron Al Fanghony hafidzahullahu ta’ala

Rujukan : Buku Fiqih kelas VI MSU Al Ukhuwah Sukoharjo

By Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *