Conceptual hand writing showing Be Careful. Business photo showcasing making sure of avoiding potential danger mishap or harm Keyboard yellow key computer computing reflection document

FAWAID HADITS-HADITS AL-ARBA’IN AN-NAWAWIYAH

HADITS KE TIGAPULUH DUA (32)

 

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ سَعْدِ بْنِ مَالِكِ بْنِ سِنَانٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺقَالَ: «لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ»حَدِيْثٌ حَسَنٌ. رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ وَالدَّارَقُطْنِيُّ وَغَيْرُهُمَا مُسْنَدًا، وَرَوَاهُ مَالِكٌ فِي المُوَطَّأِ مُرْسَلاً عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى عَنْ أَبِيْهِ عَنِ النَّبِيِّ ﷺفَأَسْقَطَ أَبَا سَعِيْدٍ، وَلَهُ طُرُقٌ يُقَوِّي بَعْضُهَا بَعْضًا.

Dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinan Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak boleh memberikan mudarat tanpa disengaja atau pun disengaja.” (Hadits hasan, HR. Ibnu Majah, no. 2340; Ad-Daraquthni no. 4540, dan selain keduanya dengan sanadnya, serta diriwayatkan pula oleh Malik dalam Al-Muwaththa’ no. 31 secara mursal dari Amr bin Yahya dari ayahnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa menyebutkan Abu Sa’id, tetapi ia memiliki banyak jalan periwayatan yang saling menguatkan satu sama lain)

 

A. Biografi rawi Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinan Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu

Nama dan nasab Abu Said al-Khudri adalah Sa’ad bin Malik bin Sinan bin Ubaid bin Tsa’labah Al-Abjar. Al-Abjar adalah Khudrah bin Auf bin Al-Harits bin Al-Khazraj Al-Anshari Al-Kahzraji. Yang masyhur dengan kun-yah Abu Sa’id Al-Khudri. Saat perang Uhud Abu Sa’id umurnya masih kecil (13 tahun) sedangkan Ayah Abu Sa’id Al-Khudri bernama Malik bin Sinan bin Ubayd bin Tsa’labah Al-Anshari termasuk sahabat Nabi yang mengikuti perang Uhud. Dan termasuk jejeran sahabat yang mati syahid di pertempuran tersebut. Abu Sa’id Al-khudri adalah sahabat yang banyak meriwayatkan hadits dari Nabi dan termasuk sahabat utama dan ulamanya mereka.

Tidak ada kitab sejarah yang menuliskan secara pasti tahun kelahiran tokoh ini. Namun, berdasarkan beberapa catatan peristiwa, kita dapat menetapkan tahun kelahiran beliau dengan jalan berikut: Catatan sejarah menunjukkan bahwa Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu dianggap masih kecil saat terjadi perang Uhud, sehingga beliau ditolak oleh Nabi untuk diikutkan dalam pertempuran tersebut. Disebutkan bahwa umur beliau waktu itu baru 13 tahun. Sementara, perang Uhud terjadi pada bulan Syawal tahun 3 Hijriah. Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan beliau lahir sekitar 10 tahun sebelum hijriah.

Adapun kisah Islamnya beliau, maka kitab-kitab sejarah juga tidak menyebutkan cerita dan awal mula keislaman Abu Sa’id Al-Khudri radhiyyalahu ‘anhu. Namun, nampak bahwa beliau termasuk penduduk Madinah yang pertama-tama memeluk agama Islam. Hal ini terlihat jelas pada sikap pemuda terdidik ini. Bagaimana ia mendudukkan Islam dalam dirinya. Begitu juga kedalaman iman di dalam dirinya. Sehingga mendorong dirinya untuk ikut berjihad pada perang Uhud bersama Nabi. Padahal umurnya pada waktu itu masih 13 tahun. Namun, usia belia tidak menghalangi niatnya untuk turut serta dalam pertempuran besar tersebut.

Abu Sa’id Al-Khudri meriwayatkan hadis sebanyak 1170 hadis, dan termasuk urutan ketujuh sahabat periwayat hadis terbanyak setelah Abu Hurairah (5374 hadis), Abdullah bin Umar (2630 hadis), Anas bin Malik (lebih dari 2286 hadis), Aisyah (2210 hadis), Abdullah bin Abbas (1660 hadis), dan Jabir bin Abdillah (1540 hadis) radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Abu Sa’id Al-Khudri termasuk sahabat yang memiliki ingatan yang sangat kuat. Ia sama sekali tidak menuliskan hadis-hadis di dalam kitab, namun ia menghafalkan keseluruhan hadis yang ia riwayatkan.

Disebutkan dalam buku sejarah, bahwa beliau mengikuti 13 peperangan bersama kaum muslimin, baik yang diikuti oleh Nabi secara langsung (Gazwah) maupun yang bentuknya ekspedisi (pengiriman satuan militer atas perintah Nabi), di antaranya:

  1. Perang (Gazwah) Bani Mustaliq
  2. Perang (Gazwah) Khandaq
  3. Perang (Gazwah) Bani Quraidzah
  4. Perang (Gazwah) Hudaybiah
  5. Ekspedisi (Syariyyah) Basyir bin Sa’ad ke Fadak
  6. Ekspedisi (Syariyyah) Al-Qamah bin Mujazzaz
  7. Perang (Gazwah) Mu’tah
  8. Ekspedisi (Syariyyah) Abdurrahman bin ‘Auf ke Dumah Al-Jandal
  9. Perang Fathul Makkah
  10. Perang (Gazwah) Hunain
  11. Perang (Gazwah) Tabuk
  12. Perang (Gazwah) Ukaydir di Dumah Al-Jandul
  13. Ekspedisi (Syariyyah) Ali bin Abi Thalib ke Yaman

Setelah menjalani kehidupan dan umur yang terbilang cukup panjang, ia telah sukses mengumpulkan berbagai kebaikan dan keutamaan. Baik berupa ilmu, amal, akhlak yang mulia, sikap zuhud, dan jihad fii sabilillah. Abu Sa’id Al-Khudri pada akhirnya berpulang ke sisi Rabbnya ‘Azza Wajalla di Madinah. Kota tempat ia lahir, tumbuh, dan berjuang bersama Nabi dan para sahabat yang mulia radhiyallahu ‘anhum ajma’in.

Ulama berbeda pendapat terkait tahun wafat Abu Sa’id Al-Khudri. Di antara perkataan mereka tentang waktu kematiannya sebagai berikut:

  1. Beliau wafat pada tahun 74 Hijriah. Ini pendapat Al-Wakidi, Ibnu Numair, dan Ibnu Bakir.
  2. Beliau wafat pada tahun 64 Hijriah. Ini perkataan Ali Al-Madini.
  3. Beliau wafat pada tahun 63 Hijriah. Ini perkataan lain dari Ali Al-Madini dan Ibnu Hibban.
  4. Beliau wafat pada tahun 65 Hijriah. Ini pendapat Al-Askari.

Abu Sa’id Al-Khudri dikuburkan di pemakaman Baqi sebagaimana yang ia wasiatkan kepada anaknya, Abdurrahman. Sebelumnya, dia menginginkan pemakaman yang sederhana. Sampai kemudian manusia di Madinah mengetahui berita kematiannya. Mereka pun berbondong-bondong menghadiri penguburan jenazahnya, sehingga pekuburan Baqi pun tumpah ruah dan penuh dengan manusia. Semua itu sebagai bentuk penghormatan mereka terhadap Abu Sa’id Al-Khudri yang mereka kenal telah menjadi Mufti di Madinah dalam waktu yang cukup panjang. Begitu juga kisah kepahlawanan, kesahajaan, kesabaran, dan teguhnya beliau dalam memberikan nasihat, serta beramar makruf nahi mungkar kepada manusia. Semoga Allah mengumpulkan kita bersamanya, dan seluruh sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in di surga-Nya kelak, tempat yang penuh kenikmatan nan abadi.

 

B. Kedudukan hadits

Hadits ini adalah hadits yang agung dan diatasnya kisaran Islam beredar. Dimana hadits ini menerangkan haramnya seluruh perkara yang bahaya baik yang berjumlah sedikit maupun banyak dan disampaikan dengan lafadz yang mendalam dan singkat. Dan itu bertujuan untuk mengutamakan kesepakatan, saling tolong-menolong dan saling memberi manfaat diantara manusia.

Diantara perkataan Abu Dawud adalah : “Hadits ini termasuk hadits yang ilmu fiqih berkisar padanya”.

 

C. Fawaid hadits

  1. Berusaha untuk beramal atau melakukan suatu tindakan yang selamat dari melukai dan membahayakan diri sendiri di Dunia maupun Akhirat.
  2. Menjauhi segala macam kerusakan dan bahaya baik pada diri (jiwa), harta, keluarga dan kehormatan orang lain.
  3. Dan sungguh para ulama telah mengambil dari hadits ini banyak hal dan masalah dalam bab bertetangga dan hukum-hukum lainnya.

 

 

Di terjemahkan oleh Ahmad Imron bin Muhadi Al Fanghony hafidzohullahu ta’ala.

Rujukan : Kitab Al-Fawaid Adz-dzahabiyah min Ar-ba’in An-Nawawiyah karya Syaikh Abu Abdillah Hammud bin Abdillah Al Mathor dan Syaikh Abu Anas Ali bin Husain Abu Lauz.

By Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *