FAWAID HADITS-HADITS AL-ARBA’IN AN-NAWAWIYAH

HADITS KE LIMA (5)

 

 

Dari Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha , ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda :

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“ Barangsiapa membuat suatu masalah baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka masalah tersebut tertolak .” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat Muslimin, disebutkan :

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“ Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak .”

 

A. Biografi singkat Rowi Aisyah rodhiyallahu ‘anha

Beliau adalah Ummu Abdillah Aisyah binti Abi Bakr Ash-Shiddiq bin Abu Quhafah Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luaiy Al-Qurasyiyah Al-Makkiyah. Beliau lahir 4 atau 5 tahun setelah diangkatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama.

Beliau adalah seorang wanita jujur (Ash-shiddiqoh) putri dari laki-laki yang jujur (Ash-shiddiq) rodhiyallahu ‘anhuma. Beliau berkunyah Ummul Mukminin karena beliau termasuk salah satu istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau merupakan wanita yang paling Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam cintai setelah Khodijah rodhiyallah ‘anha, Nabi tidak pernah menikahi wanita dengan status perawan selain Aisyah rodhiyallahu ‘anha.

Aisyah adalah wanita yang rajin berpuasa, sholat malam, pemilik kemulian, zuhud, mendalam dalam masalah agama (faqihah), berilmu, penghafal al qur’an dan hadits serta berbahasa dengan bahasa yang fasih.

Berkata Abu Musa Al Asy’ary : “Tidak ada satupun hadits yang kami merasa kesulitan dengannya (di dalam memahami), lalu kami tanyakan hal itu kepada Aisyah kecuali pasti kami dapatkan ilmunya”. (Lihat Shahih Sunan at-Tirmidzi : 3044)

Berkata Az-zuhri : “Sekiranya ilmu Aisyah dibandingkan dengan seluruh ilmu istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ditambah ilmu seluruh wanita Dunia ini pasti ilmu Aisyah masih lebih banyak dan berat”. (Lihat Al-Mustadrak Imam Hakim : 4/11)

Dan telah datang riwayat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang Aisyah, beliau bersabda : “Ambillah oleh kalian setengah agama ini dari Aisyah”.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :

 

وفَضْلُ عائِشَةَ علَى النِّساءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ علَى سائِرِ الطَّعامِ

“Keutamaan Aisyah dibandingkan seluruh wanita bagaikan keutamaan Tsarid dibandingkan seluruh makanan.” (HR. Bukhari)

Beliau meriwaytkan hadits dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebanyak 1210 Hadits dan beliau termasuk yang paling banyak meriwayatkan hadits. Beliau wafat tahun 57 hijriyah pada usia 66 tahun dan dikuburkan dipekuburan Baqi’.

 

B. Kedudukan hadits

Berkata Al Imam An Nawawi rohimahullah : “Ini adalah hadits yang layak untuk dihafal dan digunakan di dalam membatilkan perkara-perkara yang mungkar dan hadits ini juga menjadi qoidah dari qoidah-qoidah agama.

Berkata Al hafidz Ibnu hajar rohimahullah : “Hadits ini termasuk dari usul pondasi agama dan qoidah dari qoidah-qoidah agama.”

Berkata Ibnu Rajab rohimahullah : “Hadits ini adalah pokok pondasi yang besar dari pokok-pokok agama. Sebagaimana hadits niat adalah patokan untuk amalan-amalan batin sedangkan hadits ini untuk patokan amalan-amalan lahir.”

Berkata Ibu Daqiq Al ‘Ied rohimahullah : “Hadits ini termasuk qoidah yang agung dari qoidah-qoidah agama dan hadits ini juga termasuk Jawaami’il kalim yang diberikan kepada Nabi yang secara jelas menolak setiap bid’ah dan perkara-perkara yang diadakan dalam agama….”.

Berkata Alh-Thurqiy rohimahullah : “Hadits ini layak disebut sebagai setengah dalil-dalil agama. Karena yang dicari dari sebuah dalil adalah menetapkan hukum atau meniadakannya. Dan hadits ini merpakan permulaan yang besar dalam menetapkan setiap hukum syar’i atau meniadakannya.”

 

C. Fawaid hadits

  1. Barangsiapa yang berbuat amalan baru (tidak ada dasar dalilnya) dalam agama Islam ini maka amalan itu tertolak sekalipun niat pelakunya baik. Maka berdasarkan hadits ini seluruh bid’ah tertolak semuanya sekalipun diiringi dengan niat yang baik.
  2. Barangsiapa yang beramal walaupun secara asal ada dasarnya namun dikerjakan tidak sesuai dengan yang diajarkan maka amalan ini tertolak berdasarkan riwayat kedua dari Imam Muslim. Contoh sholat subuh 4 roka’at, sholat subuh ada sayari’atnya namun cara mengerjakannya dengan 4 roka’at itulah yang menjadikan amalan ini tertolak.
  3. Sesungguhnya dibalik dari sebuah laragan itu pasti ada sesuatu yang merusak dibaliknya.
  4. Di dalam hadits ini menunjukkan bahwasannya Islam itu adalah agama ynag sudah sempurna yang tidak memerlukan pengurangan.

 

 

Di terjemahkan oleh Ahmad Imron bin Muhadi Al Fanghony hafidzohullahu ta’ala.

Rujukan : Kitab Al-Fawaid Adz-dzahabiyah min Ar-ba’in An-Nawawiyah karya Syaikh Abu Abdillah Hammud bin Abdillah Al Mathor dan Syaikh Abu Anas Ali bin Husain Abu Lauz.

By Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *