SONY DSC

RANGKUMAN BAB 3 – AL-AKHLAK AL-KARIMAH – LANJUTAN

 

A. Al-Haya’ (Malu)

Malu adalah perasaan tidak enak dalam hati untuk melakukan perbuatan maksiat atau perbuatan yang salah karena dorongan iman dak taqwa.

Malu juga berarti menahan jiwa dari melakukan sesuatu dan meninggalkannya karena waspada dan hati-hati dari celaan padanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

الْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ

Malu merupakan bagian dari keimanan.” (HR. Muslim, no. 161)

Ciri-ciri orang beriman yang memiliki rasa masu :

  • Berhati-hati dalam berbuat dan tidak tergesa-gesa mengikuti hawa nafsu
  • Mempertimbangkan dan berfikir dahulu sebelum bertindak dan berkata
  • Menjaga diri dari teman-teman buruk dan perbuatan maksiat
  • Senang mendengarkan dan menuruti nasihat yang benar
  • Tidak menunjukkan kebaikan dan kelebihan diri sendiri
  • Menghormati orang lain dan menjaga perasaan mereka

Keutamaan dan manfaat memiliki rasa malu :

  • Meraih cinta Allah
  • Berakhlak dengan akhlak para Nabi dan Rasul
  • Berakhlak Islami
  • Membuka pintu-pintu kebaikan
  • Menutup pintu-pintu keburukan
  • Terpelihara dari sifat, perbuatan dan ucapan tercela
  • Terpelihara dari teman dan pergaulan yang tidak baik
  • Suka mencari ilmu, nasihat, teman dan amal yang baik
  • Selalu tenang dan berhati tenteram
  • Menjadi pengikut para Nabi dan dimasukkan Surga
  • Sempurna akhlak dan Islam, sehingga menjadi mulia
  • Menggunakan waktu untuk kebaikan dan ketaatan

 

B. At-Tawadhu’ (Rendah Hati)

Tawadhu adalah sifat dan perbuatan hati untuk selalu merendah, menempatkan diri dengan sebaik-baiknya di hadapan Allah dan kaum Muslimin.

Ciri-ciri orang yang tawadhu’ :

  • Menghargai orang yang lebih tua
  • Menyayangi orang yang lebih muda
  • Menolong orang lain
  • Mendengarkan nasihat orang lain laindan menaati yang baik
  • Tidak suka membanggakan diri atau menceritakan kelebihan diri sendiri maupun sombong.
  • Tidak memilih-milih teman karena kaya atau miskin, tetapi yang berakhlak mulia
  • Berbuat sopan dan lembut dalam bertutur kata dan bergaul

Sikap tawadhu dalam kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

  • Mengucapkan salam
  • Bekerja dan membantu pekerjaan keluarga di rumah
  • Mau menerima hadiah
  • Menerima saran, usulan dan pendapat

Islam melarang umatnya untuk sombong dan mendorong mereka agar bersifat rendah hati. Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَىَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِى أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu’. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas  pada yang lain.” (HR. Muslim no. 2865).

Manfaat tawadhu’ :

  • Terhindar dari sifat sombong, ujub maupun meremehkan diri
  • Mendapat nasihat dan teman pergaulan yang baik
  • Saling menghormati dan bersama orang-orangb terhormat disisi Allah
  • Menemukan kesatuan dan kekuatan serta kejayaan umat
  • Diangkat derajatnya oleh Allah. Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

 وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

… Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim no. 2588).

  • Terhindar dari api neraka karena tidak sombong.Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

“Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan sebesar biji debu.” (HR. Muslim)

Cara memperoleh sifat tawadhu’ :

  • Menyadari bahwa manusia itu makhluk yang lemah
  • Bergaul dengan teman yang berakhlak mulia
  • Bersilaturahmi sesering mungkin kepada fakir, miskin, anak yatim dan lainnya
  • Banyak merenung ayat-ayat Allah, kisah para Nabi dan para sahabat
  • Banyak membaca sejarah ulama
  • Selalu mengingat keutamaan tawadhu’
  • Mengingat kebaikan dan kelebihan orang lain
  • Mengingat kekurangan diri sendiri
  • Mengingat keburuka sombong, ujub , riya’ dan lainnya

 

C. Asy-Syaja’ah (Keberanian)

Berani adalah semangat jiwa untuk maju membela kebenaran atau membela hak dan siap menghadapi segala rintangan. Orang yang berani berarti adalah orang yang kuat dan orang yang kuat adalah orang yang dicintai Allah.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « اَلْمُؤْمِنُ اَلْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ.

Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan…” (HR. Muslim, no. 2664).

Kehidupan para Nabi dan sahabat serta para pahlawan Islam, mereka adalah orang-orang yang istiqamah, semagat dan berani menghadapi ancaman dan rintangan. Allah berfirman :

وَلَا تَهِنُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَنتُمُ ٱلْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (Ali ‘Imran : 139)

Ciri-ciri orang yang pemberani :

  • Berlaku jujur, benar dan adil
  • Bersemangat dalam membela kebenaran
  • Ingin mencari keridhaan Allah
  • Bersabar atas segala cobaan
  • Ikhlas karena Allah

Cara memperoleh keberanian :

  • Dengan tidak bersifat riya’, tidak pamer, tidak ingin dipuji orang lain
  • Dengan selalu ingat keutamaan ikhlas
  • Dengan jujur dalam tindakan
  • Dengan mencari ilmu
  • Dengan selalu menahan diri dari segala kemaksiatan

Manfaat keberanian :

  • Mendapat pahala yang besar
  • Mendapat kemuliaan atau mati syahid
  • Terjaga kehormatan, harta, keluarga dan agama

Contoh keberanian :

  • Keberanian para Nabi dan Rasul dalam menyampaikan syariat
  • Keberanian para sahabat yang selalu membela Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
  • Keberanian para ulama dalam membela kebenaran

Alla berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ جَٰهِدِ ٱلْكُفَّارَ وَٱلْمُنَٰفِقِينَ وَٱغْلُظْ عَلَيْهِمْ ۚ وَمَأْوَىٰهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَبِئْسَ ٱلْمَصِيرُ

“Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali.” (At-Tahrim : 9)

Sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata :

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَشْجَعَ النَّاسِ وَلَقَدْ فَزِعَ أَهْلُ الْمَدِينَةِ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَانْطَلَقَ نَاسٌ قِبَلَ الصَّوْتِ فَتَلَقَّاهُمْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَاجِعًا وَقَدْ سَبَقَهُمْ إِلَى الصَّوْتِ وَهُوَ عَلَى فَرَسٍ ِلأَبِي طَلْحَةَ عُرِيَ فِي عُنُقِهِ السَّيْفُ وَهُوَ يَقُولُ لَمْ تُرَاعُوا لَمْ تُرَاعُوا, قَالَ وَجَدْنَاهُ بَحْرًا أَوْ إِنَّهُ لَبَحْرٌ قَالَ وَكَانَ فَرَسًا يُبَطَّأُ

“Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling berbudi tinggi, dermawan, dan pemberani. Pernah di suatu malam, penduduk Madinah dikejutkan oleh suara yang sangat dahsyat. Orang-orang kemudian berangkat menuju ke arah suara tersebut. Rasulullah ﷺ bertemu mereka saat hendak kembali pulang. Ternyata beliau telah mendahului mereka menuju ke arah suara tersebut. Waktu itu beliau naik kuda milik Abu Thalhah, di lehernya terkalung sebuah pedang. Beliau bersabda, ‘Kalian tidak perlu takut, kalian tidak perlu takut’. Anas berkata, ‘Kami mendapatkan kuda tersebut cepat larinya padahal sebelumnya adalah kuda yang lambat berlari’.” (Shahih Muslim 2307-48).

 

D. Al-Istiqamah (Istiqamah)

Istiqamah adalah konsisten atau teguh dalam melaksanakan perintah Allah atau meninggalkan seluruh larangan. Istiqamah adalah akhlak yang agung yang setiap Muslim wajib memilikinya sampai ajal menjemput.

Ciri orang yang istiqamah adalah selalu berjalan diatas jalan yang benar dan lurus dengan berpegang teguh dengan ajaran dan syari’at Islam. Allah berfirman :

فَٱسْتَقِمْ كَمَآ أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا۟ ۚ إِنَّهُۥ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Hud : 112)

Allah juga berfirman :

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِى مُسْتَقِيمًا فَٱتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِۦ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (Al-An’am : 153)

Dan keutamaan orang yang istiqomah, Allah sebutkan dalam surat Al-Ahqaf : 13-14 dan Surat Fushshilat : 30-32.

Ciri-ciri orang Mukmin yang istiqamah :

  • Taat kepada Allah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
  • Konsisten dalam melaksanakan ketaatan
  • Ikhlas hanya berharap pahala Allah
  • Yakin pada balasan Allah
  • Sabar dalam ketaatan
  • Tenang dan tidak takut atau cemas tentang urusan dunia

Cara memperoleh akhlak istiqamah :

  • Memperteguh keyakinan kepada Allah
  • Memperteguh keyakinan tentang perhatian Allah
  • Memperteguh keyakinan tentang balasan Allah
  • Memperteguh keyakinan tentang pertolongan Allah
  • Memperteguh keyakinan tentang takdir Allah

Manfaat istiqamah :

  • Ditolong dan dibantu para Malaikat atas perintah Allah
  • Mendapat ketenangan hidup
  • Mendapatkan keteguhan iman dan taqwa
  • Menjadi hamba yang taat
  • Mendapatkan jaminan Surga
  • Selamat dari pemikiran batil dan sesat 

 

 

 

Ditulis oleh : Ustadz Ahmad Imron bin Muhadi Al Fanghony Hafidzahullah

Rujukan : “Buku Mapel Adab Islam Kelas V MSU Al Ukhuwah Sukoharjo”

By Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *