RANGKUMAN BAB 2 – AL-AKHLAK AL-KARIMAH (AKHLAK MULIA)
Termasuk buah dari keimanan adalah terlihat pada amal shalih dan akhlak yang mulia, bersifat dan berhati mulia, seperti ; qona’ah, zuhud, tawakkal, raghbah, khasyyah, sabar, syukur dan lain sebagainya. Allah memerintahkan agar bersifat sebagaimana sifat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Orang yang berakhlak mulia diakhirat akan berat timbangan amal kebaikannya dan akan duduk di samping Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Orang yang baik dan suci hatinya, maka amal-amalnya pun akan baik. Nabi Muhammad shallallahu ‘alai wasallam bersabda :
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Diantara akhlak mulia itu adalah :
A. Al-Qona’ah (Qona’ah)
Qona’ah adalah merasa cukup dengan rizki yang telah diberikan oleh Allah, mensyukuri dengan sedekah dan mempergunakannya untuk beribadah kepadaNya. Orang yang qona’ah harus menyakini bahwa Allah-lah Pemberi rizki. Allah berfirman :
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata ; Lauh mahfuzh.” (Hud : 6)
Dan juga ingat sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ
“Sungguh sangat beruntung seorang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rizki yang secukupnya dan Allah menganugrahkan kepadanya sifat qana’ah (merasa cukup dan puas) dengan rezki yang Allah berikan kepadanya”. (HR. Muslim no. 1054)
Dengan sifat qona’ah seseorang akan merasa puas, ridha, tidak merasa kekurangan, tidak meminta-minta, yakin Allah akan mencukupinya, dapat menjaga kehormatan, menjadikan mereka kaya hati, suka bersedejah dan giat mencari rizki.
B. Az-Zuhdu (Zuhud)
Zuhud adalah menggunakan harta dunia sebatas keperluan, tidak boros dan rakus serta tidak tergila-gila terhadap dunia, tidak pelit, yang diutamakan bersedekah demi pahala dan cinta balasan di akhirat. Orang yang zuhud harus ingat firman Allah :
وَمَا هَٰذِهِ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ لَهِىَ ٱلْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (Al-‘Ankabut : 64)
Dan juga ingat sabda Nabi :
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ ، يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ
“Yang mengikuti mayit sampai ke kubur ada tiga, dua akan kembali dan satu tetap bersamanya di kubur. Yang mengikutinya adalah keluarga, harta dan amalnya. Yang kembali adalah keluarga dan hartanya. Sedangkan yang tetap bersamanya di kubur adalah amalnya.” (HR. Bukhari, no. 6514; Muslim, no. 2960)
Dengan sifat zuhud seseorang akan tenang hidup, tidak mencintai harta berlebihan serta menumpuknya, tidak bakhil, mencari harta dan berinfaq dengannya karena berharap balasan pahala di akhirat, mementingkan akhirat dari dunia. Zuhud dari dunia akan mendpatkan kecintaan Allah dan zuhud dari apa yang di sisi manusia maka dia akan dicintai manusia.
C. At-Tawakkalu (Tawakal)
Tawakal adalah menyerahkan urusan kepada Allah disertai hati yang yakin akan pemeliharaan Allah dan diiringi usaha sungguh-sungguh.
orang yan tawakal yakin bahwa Allah akan memelihara dirinya, merasa tenang, tidak khawatir, tidak was-was akan nasib atau usahanya, merasa tentram dan mantab, giat berusaha, tidak malas dan putus asa, pandai mempersiapkan dan mengatur dalam bekerjasama dan bermusyawarah.
Contoh tawakal :
- Tawakalnya Nabi Ibrahim saat di bakar oleh Namrud
- Tawakalnya Hajar ketika mencari air antara Shafa dan Marwa sebanyak 7x
Dengan tawakal, Allah akan memberikan kecukupan dan pemeliharaan, pertolongan dan kemenangan. Allah berfirman :
إِن يَنصُرْكُمُ ٱللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ ۖ وَإِن يَخْذُلْكُمْ فَمَن ذَا ٱلَّذِى يَنصُرُكُم مِّنۢ بَعْدِهِۦ ۗ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ
“Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.” (Ali ‘Imran : 160)
D. Ar-Raghbah (Mengharap)
Raghbah atau Raja’ adalah mengharap rahmat, karunia, pertolongan, segala kebaikan, berkah, ampunan dan ridha serta Surga dari Allah dengan berdoa dan beramal ibadah dengan ikhlas.
Orang yang beriman adalah orang yang bekerja untuk dunia dan juga beramal untuk akhirat yang di dasari dengan sikap berharap. Allah berfirman :
إِنَّهُمْ كَانُوا۟ يُسَٰرِعُونَ فِى ٱلْخَيْرَٰتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا۟ لَنَا خَٰشِعِينَ
“… Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (Al-Anbiya : 90)
Orang beriman selalu berharap akan rahmat Allah, mengharap karuniaNya dan sambil berdoa serta memohon agar amal ibadahnya di terima Allah ta’ala. Allah berfirman :
وَلاَ تَيْأَسُواْ مِن رَّوْحِ اللّهِ إِنَّهُ لاَ يَيْأَسُ مِن رَّوْحِ اللّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
“Wahai anak-anakku, pergilah kamu, carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya. Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (Yusuf : 87)
E. Al-Khasyyah atau Al-Khauf (Takut atau Khawatir)
khasyyah adalah merasa takut dan khawatir akan adzab, siksaan, ancaman dan murka Alllah. Termasuk khasyyah adalah takut akan musibah yang datang secara tiba-tiba dan takut kematian padahal tidak sedang beramal ibadah.
Orang yang beriman selalu merasa takut jika terjerumus pada kemaksiatan dan mati dalam keadaan demikian. Orang beriman selalu takut akan hari pembalasan, adzan dunia, adzab kubur, takut saat di padang Mahsyar dan juga takut Neraka.
Orang yang selalu takut kepada Allah, maka dia akan mendapatkan keutamaan sebagaimana dalam surat An-Nazi’at ayat 40-41, ALlah berfirman :
.وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفْسَ عَنِ ٱلْهَوَىٰ
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya.” (An-Nazi’at : 40)
فَإِنَّ ٱلْجَنَّةَ هِىَ ٱلْمَأْوَىٰ
“Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” (An-Nazi’at : 41)
F. Ash-shabru (Sabar)
Sabar adalah tahan ujian dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan serta menerima ujian takdir Allah demngan ridha tanpa mengeluh.
Ciri-ciri orang sabar :
- Selalu taat beribadah
- Selalu menjauhi larangan Allah
- Selalu ridha akan takdir Allah
- Tidak pernah mengeluh dalam beribadah, menjauhi larangan dan menerima musibah
- Tetap berpegang kepada Alqur’an dan sunnah (ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alai wasallam)
Sebagian keteladanan orang yang bersabar :
- Nabi Adam saat diturunkan dari Surga.
- Nabi Nuh saat berdakwah kepada kaumnya selama 950 tahun.
- Nabi Ibrahim saat diperintahkan menyembelih sang putra tercinta Ismail.
- Nabi Musa dalam menghadapi Fir’aun.
- Nabi Yusuf dalam menghadapi perlakuan 9 orang saudaranya serta rayuan Zulaikhah.
- Nabi Ayub yang sedang sakit dan jatuh miskin
- Nabi Isa saat berdakwah dan pengikutnya hanya 12 orang.
- Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam segala ujian dan musibah dalam hidup beliau.
Manfaat kesabaran, diantaranya :
- Selalu dicintai, disertai dan ditolong oleh Allah.
- Selalu dimuliakan dan mendapatkan pahala.
- Mendapatkan keteguhan, pertolongan dan kemenangan di dunia sampai akhirat.
- Mendapatkan kelapangan, ketenangan hati dan tidak mudah tergesa-gesa dan khawatir.
- Mendapatkan keteguhan hati, sehingga tidak mudah mengeluh.
- Pahalanya dilipatgandakan. Sebagaimana dalam surat Az-zumar ayat 10.
قُلْ يَٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ فِى هَٰذِهِ ٱلدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar : 10)
G. Al-Mujahadah (Bersungguh-sungguh)
Mujahadah adalah bersungguh-sungguh dalam beramal shalih, menjauhi kemungkaran dan bersabar dalam menerima cobaan.
Ciri orang yang bermujahadah :
- Bersungguh-sungguh dalam beribadah
- Tidak mudah mengeluh
- Tidak malas
- Tidak mudah putus asa
- Menghargai waktu
- Menggunakan rizki untuk beramal shalih
Manfaat mujahadah :
- Keberhasilan, kesuksesan atas pertolomgan Allah.
- Kesungguhan dan kesempurnaan iman
- Mendapatkan derajat yang agung disisi Allah
- Mendapatkan kemenangan dan menajdi umat Islam
- Mendapatkan kemudahan dan umat pilihan
- Menemukan jati diri
- Mendapatkan kecintaan dan fadhilah karuniaNya. Allah berfirman :
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al-‘Ankabut : 69)
Cara mencapai derajat mujahadah :
- Selalu ingat balasan akhirat
- Selalau takut murka dan siksaan Allah
- Banyak menghayati alqur’an dan sunnah
- Berteman dengan orang shalih
- Terus berlatih dengan ibadah sunnah
- Selalu berdzikir dan menjauhi perkataan sia-sia. Allah berfirman :
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفْسَ عَنِ ٱلْهَوَىٰ
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya.” (An-Nazi’at : 40)
Ditulis oleh : Ustadz Ahmad Imron bin Muhadi Al Fanghony Hafidzahullah
Rujukan : “Buku Mapel Adab Islam Kelas V MSU Al Ukhuwah Sukoharjo”