FAWAID HADITS-HADITS AL-ARBA’IN AN-NAWAWIYAH

HADITS KE SEBELAS (11)

 

عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ الحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ سِبْطِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَيْحَانَتِهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: حَفِظْتُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيْبُكَ. رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَالنَّسَائِيُّ، وَقاَلَ التِّرْمِذِيُّ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ

 

Dari Abu Muhammad Al-Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kesayangannya radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Aku hafal (sebuah hadits) dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Tinggalkanlah yang meragukanmu lalu ambillah yang tidak meragukanmu.’” (HR. Tirmidzi, An-Nasa’i. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

 

A. Biografi singkat Rowi Hasan bin Ali rodhiyallahu ‘anhuma.

Beliau adalah Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib yang juga merupakan putra dari Fathimah Az-Zahra rodhiyallahu ‘aha putri  Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. Al-Hasan dilahirkan di kota Madinah tahun ke-3 Hijriyah dan beliau lebih tua satu tahun dengan adeknya Al-Hussein rodhiyallahu ‘anhuma.

Al-Hasan pernah melakukan haji sebanyak 25x dan pernah menjabat sebagai pemimpin setelah ayahnya dan pemerintahannya berlangsung selama enam bulan yang meliputi Hijaz, Yaman, Iraq dan Khurasan. Kemudian dengan kemuliaan, wara’ dan sikap lemah lembutnya, beliau serahkan itu semua kepada Mu’awiyah bin Abi Sufyan rodhiyallahu ‘anhuma sebagai bentuk berlemah-lembut kepada kaum Muslimin.

Al-Hasan meriwayatkan hadits dari Nabi shallahu ‘alaihi wasallam sebanyak 13 hadits. Dan beliau wafat dalam keadaan diracun pada tahun 50 hijriyah.

Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Al-Hasan dan Al-Hussein keduanya adalah pemimpin para pemuda di Surga.”

Anas bin Malik juga pernah berkata : “Al-Hasan adalah orang yang paling mirip dengan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.”

 

B. Kedudukan hadits

Hadits ini termasuk salah satu qoidah dari qoidah-qoidah agama dan merupakan pondasi dari sikap wara’ yang mana poros orang-orang bertaqwa ada diatasnya. Hadits ini juga merupakan penyingkap kegelapan dari keragu-raguan dan anggapan-anggapan yang menghalangi cahaya orang-orang yang bertaqwa.

 

C. Fawaid hadits

  1. Lafadz hadits ini menunjukkan kepada suatu sikap agar seseorang meninggal perkara-perkara yang meragukan mereka menuju dan berpindah kepada perkara-perkara yang tidak meragukan mereka.
  2. Sesungguhnya seseorang dituntut dan diperintahkan agar menjauhi perkara-perkara yang dapat membawanya kepada perkara yang meragukan.

 

 

Di terjemahkan oleh Ahmad Imron bin Muhadi Al Fanghony hafidzohullahu ta’ala.

Rujukan : Kitab Al-Fawaid Adz-dzahabiyah min Ar-ba’in An-Nawawiyah karya Syaikh Abu Abdillah Hammud bin Abdillah Al Mathor dan Syaikh Abu Anas Ali bin Husain Abu Lauz.

By Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *