RINGKASAN NASIHAT SYAIKH KHAIRUDDIN MUBARAK HAFIDZAHULLAHU TA’ALA PADA PERTEMUAN WALI SANTRI
SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2024/2025 PONPES AL-UKHUWAH SUKOHARJO
1. Selamat bagi para santri yang meraih prestasi pada semester pertama (Gasal) yang lalu dan tetap semangat bagi para santri yang belum memperolehnya.
2. Kaidah bermuamalah dengan anak, diantaranya ;
a). Kewajiban orang tua adalah mengajarkan anak-anaknya dan memberikan adab yang baik kepada mereka.
Sebagaimana Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At-Tahrim : 6)
‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata mengenai ayat tersebut,
أَدِّبُوْهُمْ، عَلِّمُوْهُمْ
“Ajarilah adab dan agama kepada mereka”.
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma juga berkata,
اِعْمَلُوْا بِطَاعَةِ اللّٰهِ، وَاتَّقُوْا مَعَاصِيَ اللّٰهِ، وَمُرُّوْا أَهْلِيْكُمْ بِالذِّكْرِ، يُنْجِيْكُمُ اللّٰهُ مِنَ النَّارِ
“Lakukanlah ketaatan pada Allah dan hati-hatilah dengan maksiat. Perintahkanlah keluargamu untuk mengingat Allah (berdzikir), niscaya Allah akan menyelamatkan kalian dari jilatan neraka”.
Tingkatan dalam mengajarkan kepada anak ada beberapa yaitu ; tauhid, rukun iman, rukun Islam, shalat, berakhlak mulia dan lainnya.
Mendidik anak itu membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Seorang pendidik ibarat seorang petani yang menanam pohon dengan baik maka akan tumbuh dengan hasil yang memuaskan.
Mendidik anak itu penuh tanggung jawab dan bantuan dari Allah. Dan permintaan bantuan dari Allah bisa dilakukan dengan banyak berdoa. Banyak contoh dari para Nabi dan orang shaleh dalam berdoa untuk anak-anak mereka, seperti doa ;
Nabi Ibrahim ‘ alaihis salaam :
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“ Ya Rabbku, anugrahkanlah aku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh”. (QS. Ash-Shaffaat : 100).
Nabi Dzakariya ‘alaihis salaam :
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
“Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mengdengar doa.” (QS. Ali Imron : 38).
Ibadurrahman (hamba Allah Yang Maha Pengasih) :
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al Furqon : 74)
Dan anak adalah pemberian Allah dan hasilnya pun juga dikembalikan kepadaNya dan bukan semata kembali kepada diri masing-masing orang tua. Sebagaimana anak Nabi Nuh yang sudah dibimbing dan di didik namun Allah menyatakan dia bukan termasuk keluarga Nabi Nuh. Allah subhanahu wa ta’ala menegur Nabi Nuh ‘alaihissalam dengan berfirman :
قَالَ يَانُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا تَسْأَلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ
“Allah berfirman: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya dia melakukan perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan“. (QS. Hud : 46)
b). Bermuamalah dengan anak-anak penuh kasih sayang.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
الرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَانُ، اِرْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“Para pengasih dan penyayang dikasihi dan di sayang oleh Ar-Rahmaan (Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang), rahmatilah yang ada di bumi niscaya kalian akan dirahmati oleh Dzat yang ada di langit”. (HR Abu Dawud dan At-Thirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam as-Shahihah)
Oleh karena itu para orang tua agar tidak bertindak kasar kepada anak-anak karena sama sekali tidak bermanfaat. Orang-orang kasar dari kalangan Badui pernah heran saat melihat Nabi mencium cucu-cucunya.
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anha, dia berkata, “Ada beberapa orang badui yang mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu mereka mengatakan, ‘Apakah kalian mencium anak-anak kalian?’ Para Sahabat menjawab, ‘Ya.’ Lebih lanjut orang-orang badui itu berkata, ‘Demi Allah, akan tetapi kami tidak pernah mencium mereka.’ Lalu beliau bersabda :
أَوَأَمْلِكُ إِنْ كَانَ الله نَزَعَ مِنْكُمُ الرَّحْمَةَ
“Aku tidak berkuasa apa-apa jika Allah mencabut rahmat (kasih sayang) dari hati kalian.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Boleh marah akan tetapi marah yang sesuai dengan tempatnya dan karena Allah.
c). Bermuamalah dengan anak-anak penuh sifat lemah lembut.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيْقٌ يُحِبُ الرِّفْقَ وَيُعْطِى عَلَى الرِّفْقِ مَا لاَ يُعطِِي عَلَى الْعُنْفِ وَمَالاَ يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ
“Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha Lembut dan mencintai kelembutan. Allah memberi kepada kelembutan hal-hal yang tidak diberikan kepada kekerasan dan sifat-sifat lainnya”. (Muslim)
Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَّالرِّفْقَ لاَيَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَ عُ مِنْ شَيءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Sungguh, segala sesuatu yang dihiasi kelembutan akan nampak indah. Sebaliknya, tanpa kelembutan segala sesuatu akan nampak jelek”. (Muslim)
Nasihat Syaikh kepada para wali santri agar terus berhubungan dan bekerja sama dengan pihak pondok terkait perkembangan anaknya. Bagaimana keadaannya, bagiamana belajarnya, bagaimana kabarnya, bagiamana akhlaknya, apa yang di butuhkannya dll.
Pondok itu seperti sebuah pabrik yang akan mengeluarkan hasil-hasil yang bermutu. Jika pondok maka yang dikeluarkan adalah para santri yang bermutu dengan ilmu dan pengetahuan serta ketrampilan yang lain serta akhlak yang terpuji.
- Masjid Ibnu Utsaimin Ponpes Al-Ukhuwah Sukoharjo :: 22 Desember 2024 M / 20 Jumadil Akhir 1446 H
- Diringkas oleh Ahmad Imron bin Muhadi Al Fanghony, hafidzahullahu ta’ala