RINGKASAN KAJIAN TABLIGH AKBAR MASJID MADINA ISLAMIC CENTER PAKUJOYO GAYAM SUKOHARJO
Materi : Dakwah Tauhid Dakwah Pemersatu Umat
Pemateri : Al-Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc., MA., hafidzahullahu ta’ala
A. Sambutan :: Mudir Ponpes Al-Ukhuwah Sukoharjo Al-Ustadz Abu Sulaiman Aris Sugiyantoro, hafidzahullahu ta’ala.
1. Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah ta’ala. Atas limpahan rahmatNya kita bisa berkumpul di suatu majlis ilmu bersama Ustadz kita Dr. Firanda Andirja, Lc., MA., hafidzahullahu ta’ala.
2. Diharapkan kepada para jama’ah untuk memperhatikan dan komitmen terhadap adab-adab dalam bermajlis ilmu terlebih saat berada di masjid untuk diam, mendengarkan, mencatat dan mengambil faidah.
3. Semoga kedatangan kita di majlis ilmu ini di tengah-tengah guyuran hujan menyebabkan diampuninya dosa-dosa kita dan sebagaimana kita dikumpulkan di majlis yang mulia ini, semoga kita kelak dikumpulkan di SurgaNya bersama para Nabi, orang-orang jujur, para syuhada’ dan orang-orang shaleh.
B. Materi :: Al-Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc., MA., hafidzahullahu ta’ala.
1. Dahulu manusia adalah umat yang satu lalu terjadi perselisihan diantara mereka disebabkan kesyirikan. Allah Ta’ala berfirman :
كَانَ ٱلنَّاسُ أُمَّةً وَٰحِدَةً فَبَعَثَ ٱللَّهُ ٱلنَّبِيِّۦنَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ ٱلنَّاسِ فِيمَا ٱخْتَلَفُوا۟ فِيهِ ۚ وَمَا ٱخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا ٱلَّذِينَ أُوتُوهُ مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَتْهُمُ ٱلْبَيِّنَٰتُ بَغْيًۢا بَيْنَهُمْ ۖ فَهَدَى ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لِمَا ٱخْتَلَفُوا۟ فِيهِ مِنَ ٱلْحَقِّ بِإِذْنِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ يَهْدِى مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ
“Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (Al-Baqarah : 213).
Yang dimaksud manusia adalah umat yang satu? Ditafsirkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu bahwa saat itu manusia semuanya diatas tauhid.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, beliau berkata:
كَانَ بَيْنَ نُوْحٍ وَآدَمَ عَشْرَةُ قُرُوْنٍ كُلُّهُمْ عَلَى شَرِيْعَةٍ مِنَ الحَقِّ فَاخْتَلَفُوْا فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيِيِّنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ
“Dahulu antara Nuh dan Adam terpaut 10 generasi. Mereka semua di atas syariat yang benar. Kemudian setelah itu mereka berpecah-belah sehingga Allah pun mengutus para Nabi untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan”. (HR. At Thabari dalam Tafsir-nya ; 4048, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 3289).
Ayat ini (Al-Baqarah : 213) juga ditafsirkan pada ayat yang lain, yaitu surat Yunus : 19, Allah berfirman :
وَمَا كَانَ ٱلنَّاسُ إِلَّآ أُمَّةً وَٰحِدَةً فَٱخْتَلَفُوا۟ ۚ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِن رَّبِّكَ لَقُضِىَ بَيْنَهُمْ فِيمَا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ
“Manusia dahulunya hanyalah satu umat (diatas tauhid), kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu.”
2. Dan Rasul pertama kali ketika terjadi kesyirikan adalah Nabi Nuh ‘alaihis salam. Sebagaimana pada hari Kiamat manusia akan mendatangi Nabi Nuh dan mengatakan :
يَا نُوحُ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ إِلَى أَهْلِ الأَرْضِ وَقَدْ سَمَّاكَ اللَّهُ عَبْدًا شَكُورًا اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ
“Wahai Nuh, anda rasul pertama di muka bumi. Allah menggelari anda dengan hamba yang pandai bersyukur, berikanlah syafaat untuk kami di hadapan Rabbmu…”. (HR. Ahmad 9873, Bukhari 3340, Muslim 501 dan yang lainnya).
Sebenarnya antara Nabi Adam dan Nabi Nuh terdapat kemaksiatan yaitu pembunuhan Qobil atas Habil yang mana keduanya adalah putra Nabi Adam. Sebagaimana Allah berfirman dalam Surat Al-Maidah ayat 27 :
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَىْ ءَادَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ اْلأَخَرِ قَالَ لأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Qabil dan Habil) dengan sebenarnya. Ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah satunya dan tidak diterima dari yang lainnya. Maka berkata yang tidak diterima kurbannya, ‘Sungguh aku akan membunuhmu.’ Dan berkata yang diterima kurbannya, ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima kurban dari orang-orang bertakwa.”
Dan ketika terjadi kesyirikan maka mereka berselisih lalu Allah untuk para Nabi dan Rasul yang membawa kabar gembira dan peringatan agar dapat mengembalikan umat manusia diatas persatuan. Oleh karenanya sebab persatuan adalah tauhid dan sebab bercerai berai adalah kesyirikan.
3. Nabi Nuh ‘alaihis salam terus berdakwah sampai akhirnya binasalah orang-orang yang berbuat kesyirikan sehingga tinggallah orang-orang yang bertauhid dan umat kembali diatas persatuan. Lalu berjalan beberapa qurun (generasi) muncullah kesyirikan lagi dan umat kembali terpecah dan diutuslah Nabi Hud ‘alaihis salam. Allah Ta’ala berfirman,
وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا ۗ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۚ أَفَلَا تَتَّقُونَ
“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: ‘Hai kaumku, sembahlah Allah semata, kalian tidak memiliki sesembahan kecuali Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepadaNya?’” (Al-A’raf : 65)
Setelah Nabi Hud ‘alaihis salam berdakwah maka muncullah dua golongan. Golongan tauhid dan golongan syirik. Allah musnahkan golongan syirik ini dengan dikirimkan angin kepada mereka.
4. Setelah itu Nabi Hud ‘alaihis salam hidup bersama orang-orang bertauhid dari anak keturunan beliau. Sampai kemudian muncullah kesyirikan ditengah-tengah mereka. Lalu Allah kirim Nabi Shalih ‘alaihis salam kepada kaum Tsamud. Kaum Tsamud adalah anak keturunan kaum ‘Aad, oleh karenanya Allah berfirman :
وَأَنَّهُۥٓ أَهْلَكَ عَادًا ٱلْأُولَىٰ. وَثَمُودَا۟ فَمَآ أَبْقَىٰ
“Dan bahwasanya Dia telah membinasakan kaum ‘Aad yang pertama (Kaum Nabi Hud). Dan kaum Tsamud (Kaum Nabi Shalih). Maka tidak seorangpun yang ditinggalkan-Nya (hidup).” (An-Najm : 50)
Dan demikianlah munculnya kesyirikan dalam kehidupan manusia. Lalu Allah kirim para Nabi dan Rasul sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan serta kitab suci sebagai hakim diantara mereka. Dakwah terus dan menerus sampai dakwah itu datang pada zaman Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
Pada zaman Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, terjadi perseteruan. Dimana kabilah-kabilah Arab hobi mereka berperang sehingga sampai ada bulan yang haram dan bulan yang halal untuk bisa mereka perang atau tidak. Selain itu di masa ini kesyirikan juga merajalela. Setiap kabilah memiliki sesembahan patung tersendiri, bahkan disekitar Ka’bah terdapat 360 berhala.
5. Apakah dakwah tauhid memecah belah umat?? Benar dakwah tauhid memecah belah umat menjadi dua, yaitu antara umat yang bertauhid dengan umat yang tidak bertauhid. Tapi disisi lain, dakwah tauhid mempersatukan umat yang bertikai, yang beragam dari berbagai suku. Dalam perang Badar Allah pun membedakan kelompok bertauhid dengan yang tidak. Allah berfirman :
هَٰذَانِ خَصْمَانِ اخْتَصَمُوا فِي رَبِّهِمْ ۖ فَالَّذِينَ كَفَرُوا قُطِّعَتْ لَهُمْ ثِيَابٌ مِنْ نَارٍ يُصَبُّ مِنْ فَوْقِ رُءُوسِهِمُ الْحَمِيمُ
“Inilah dua golongan (golongan mukmin/bertauhid dan golongan kafir/kesyirikan) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka. Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka.” (Al-Hajj: 19)
Kelompok tauhid yang sedang bertengkar (duel sebelum perang) adalah Hamzah bin Abdil Muththalib, Ali bin Abi Thalib dan Ubaidah bin Al-Harist. Sedangkan kelompok syirik adalah Syaibah bin Robi’ah, Utbah bin Robi’ah dan Al-Walid bin Utbah.
6. Dengan dakwah tauhid ini, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam dituduh pemecah belah umat, pemutus hubungan silaturahim dan lainnya. Namun tuduhan itu terbantahkan saat akan terjadi perang Badar. Sehari sebelum perang Badar berkecamuk, Abu Jahal (atau Abu Al-Hakam menurut julukan orang-orang musyrik Mekah) sempat berdoa dengan redaksi sebagai berikut :
اللَّهُمَّ أَقْطَعُنَا الرَّحِمَ وَآتَانَا بِمَا لَا نَعْرِفُهُ فَأَحِنْهُ الْغَدَاةَ
“Ya Allah, orang yang paling memutuskan tali silaturahmi di antara kami dan yang paling membawa agama yang tidak kami kenal, maka binasakanlah dia esok hari”.
Maka ketika ada dakwah kebenaran konsekuensinya adalah adanya dua kelompok ; kelompok yang suka dengan kebenaran dan kelompok yang tidak suka. Dan itulah yang terjadi ketika Nabi berdakwah dan mendapatkan tuduhan sebagai pemecah belah umat, pemutus hubungan silaturahim dan tukang sihir serta tuduhan lainnya.
7. Dakwah tauhid Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam dan persatuan umat terus terjaga dari masa ke masa. Sampailah di masa pemerintahan Abu Bakar dan juga Umar bin Khattab rodhiyallahu ‘anhuma persatuan umat masih terjaga. Walaupun dimasa Umar sempat ada fitnah dengan terbunuhnya beliau oleh tikaman Abu Lu’luah Al-Majusi saat Umar sedang melaksanakan shalat subuh. Wafatnya Umar merupakan takdir Allah yang telah mengabulkan doa beliau. Umar pernah berdoa agar di wafatkan diatas syahid di kota Madinah dan Allah kabulkan. Oleh karena itu saat Umar ditusuk beliau berkata :
وَكَانَ أَمْرُ ٱللَّهِ قَدَرًا مَّقْدُورًا
“Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku”.
8. Setelah Umar wafat, tibalah masa pemerintahan Utsman bin Affan rodhiyallahu ‘anhu dan masih diatas persatuan. Lalu muncullah seorang pembawa fitnah bernama Abdullah bin Saba’. Seseorang yang berasal dari agama Yahudi masuk ke dalam Islam dengan tujuan merusak Islam dari dalam. Dan dari dirinyalah muncul kelompok Syi’ah Rafidah. Dia memprovokasi umat agar memberontak Ustman sehingga terjadilah demo yang berakibat terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan rodhiyallahu ‘anhu sebagai syahid.
9. Tibalah pemerintahan di bawah komando Ali bin Abi Thalib dan persatuan masih terjaga. Namun Allah takdirkan di masa pemerintahan beliau sempat terjadi dua peperangan, yaitu perang Jamal (antara Ali dan Aisyah) dan perang Shiffin (antara Ali dan Muawiyah).
Perang Shiffin terjadi karena Muawiyah meminta kepada Ali bin Abi Thalib agar melaksanakan hukuman qishash kepada para pelaku pembunuhan atas Utsman bin Affan. Namun Ali selaku Khalifah saat itu memiliki ijtihad tersendiri untuk menunda pelaksanaannya karena situasi dan kondisi yang belum memungkinkan.
Sampai akhirnya Ali wafat (syahid) terbunuh sebelum Subuh saat membangunkan manusia melalui tangan seorang Khawarij yang melakukan balas dendam kepada beliau bernama Abdurrahman bin Muljam. Dendam itu dilakukan karena sebelumnya Ali telah memerangi kaum Khawarij dan membinasakan mereka karena pemikiran mereka yang sesat dan menyeleweng sekaligus sesuai dengan perintah serta motivasi Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam dalam sabda-sabda beliau tentang mereka.
10. Setelah wafatnya Ali tampuk kepemimpinan diberikan kepada Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib yang hanya bertahan selama enam bulan lalu beliau serahkan kepemimpinan itu kepada Muawiyah bin Abi Sufyan rodhiyallahu ‘anhuma dan peristiwa itu disebut dengan ‘Aamul Jama’ah (tahun persatuan).
11. Dizaman sahabat muncul benih-benih kebid’ahan. Dan bid’ah pertama kali muncul adalah bid’ah Khawarij. Kemudian Syi’ah baik Syi’ah berat ataupun ringan. Dan diakhir masa sahabat muncul bid’ah Qodariyah yang dipelopori oleh seseorang bernama Ma’bad Al-Juhani. Sampai muncul bid’ah dari kelompok Mu’tazilah dengan pemimpinnya Washil bin Atha’ yang keluar (menyempal) dari majlis Al-Hasan Al-Bashri rohimahullahu ta’ala dengan pemikiran dan pemahaman yang menyimpang. Kemudian muncul seseorang bernama Ja’d bin Dirham yang menyebarkan pemahaman Jahmiyah yang memiliki murid tidak secara langsung bernama Jahm bin Shafwan yang terpengaruh kepada filsafat India dan Yunani yang menolak sifat-sifat Allah. Ketika muncul kelompok Qodariyah maka muncul pula lawannya yaitu kelompok Jabariyah.
Muncul juga kelompok Sufi. Awal dari kelompok ini adalah dari sebuah kezuhudan (sibuk dengan akhirat dan tidak terlalu sibuk dengan urusan Dunia). Namun lama kelamaan berkembang dan memiliki keyakinan menyimpang, seperti keyakinan Ibnu Arabi yang menyakini bahwa Allah adalah makhluk – makhluk adalah Allah. Demikian pula Al-Hallaj yang menyakini bahwa dibalik jubah adalah Allah. Belum lagi keyakinan menyimpang lainnya seperti ; wali mereka bisa melakukan Isra’ dan Mi’raj sehari 70x atau keyakinan bahwa wali mereka dapat memadamkan api Neraka.
12. Dengan munculnya kelompok-kelompok sesat ini, maka kaum Muslimin bercerai berai hati mereka walaupun secara jasad bersatu. Oleh karena itu untuk mengembalikan umat kepada persatuan yang benar adalah dengan mengembalikan mereka kepada keyakinan Nabi dan para sahabat yang belum terkotori dengan pemahaman apapun. Oleh karenanya Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ
“Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para sahabatku berjalan di atasnya.” (HR. Tirmidzi dan lainnya).
Jalan terbaik untuk mempersatukan umat adalah kembali kepada jalan yang pernah ditempuh para Sahabat, kembali kepada ajaran mereka. Siapa yang meragukan ajaran mereka (para sahabat)?? Tentunya tidak ada. Kecuali mereka yang hatinya sakit seperti orang-orang liberal dan lainnya yang tidak mau kembali kepada ajaran para sahabat.
Oleh karena itu, slogan Ahlus Sunnah adalah kembali kepada madzhab para Salaf. Karena tiga generasi setelah Nabi adalah generasi terbaik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 3651, dan Muslim, no. 2533)
Maka tugas kita adalah agar terus menyebarkan dakwah tauhid dan melarang dari ketergantungan seseorang kepada selain Allah dengan penuh kesabaran dan ketulusan. Masih banyak saudara-saudara kita yang percaya dukun, meminta-minta di kuburan, memakai jimat, masih banyak yang menyandarkan takdir mereka dengan benda-benda (tathoyyur), masih ada yang haji dan thawaf di sekitar batu dan lainnya.
13. Dan diantara sebab tegaknya persatuan selain menyeru kepada tauhid secara umum adalah menegakkan syariat agama dengan benar. Allah berfirman :
أَنْ أَقِيمُوا۟ ٱلدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا۟ فِيهِ ۚ كَبُرَ عَلَى ٱلْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ ۚ ٱللَّهُ يَجْتَبِىٓ إِلَيْهِ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِىٓ إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ
“… Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (Asy-Syura : 13)
Oleh karenanya para ulama mengatakan bahwa diantara sebab persatuan adalah dengan menegakkan agama.
14. Pesan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab beliau Minhaj As-Sunnah An-Nabawiyah :
أَهْلُ السُّنَّةِ وَالجَمَاعَةِ هُمْ أَعْلَمُ النَّاسِ بِالحَقِّ وَأَرْحَمُهُمْ بِالخَلْقِ
“Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah orang yang paling mengetahui kebenaran dan yang paling sayang terhadap makhluk”.
Maka diantara cara mempersatukan umat adalah dengan menuntut ilmu dengan baik dan berusaha menyajikan Islam dengan cara yang baik.
Dan termasuk juga wasiat Syaikh Al-Albani sebelum beliau wafat adalah : “Dakwah itu sudah berat maka jangan ditambah beratnya dakwah dengan metode yang berat juga”.
Sampaikan dakwah itu dengan benar, tidak dengan menghina baik lisan maupun tulisan, tidak dengan memaki karena itu tidak mendatangkan kebaikan justru malah mendatangkan keburukan. Sampaikan dakwah dengan dalil dan serahkan hidayah hanya kepada Allah ta’ala.
- Masjid Madina Islamic Center Al-Ukhuwah 3 :: Jum’at, 11 Rajab 1446 H / 10 Januari 2026 M
- Diringkas oleh : Ahmad Imron bin Muhadi Al Fanghony, hafidzahullah ta’ala