هَلِ البَحْرُ اِنْشَقَّ لِمُوْسَى طَرِيْقًا وَاحِدًا أَوِ اثْنَيْ عَشَرَ طَرِيْقًا؟
Apakah Laut Yang Dibelah Untuk Nabi Musa Terbelah Menjadi Satu Jalan Atau Duabelas Jalan????
قَالَ اللّٰهُ سُبْحَانَهُ فِي قِصَّةِ مُوْسَى وَفِرْعَوْنَ : فَلَمَّا تَرَاءَى الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ. قَالَ كَلَّا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ. فَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْبَحْرَ فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ. وَأَزْلَفْنَا ثَمَّ الْآخَرِينَ. وَأَنْجَيْنَا مُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَجْمَعِينَ. ثُمَّ أَغْرَقْنَا الْآخَرِينَ ﴾ [الشعراء: 61 – 66]
Allah berfirman tentang kisah Nabi Musa ‘alaihis salam dan Fir’aun : Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”. Musa menjawab: “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Robbku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku”. Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain. Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu. (Asy-Syu’ara : 61 – 67)
قَالَ المُفَسِّرُوْنَ : أَيْ : فَضَرَبَ مُوْسَى بِعَصَاهُ البَحْرَ فَانْشَقَّ البَحْرُ فَكَانَ كُلُّ قِطْعَةٍ مِنَ المَاءِ كَالجَبَلِ الكَبِيْرِ
تفسير ابن جرير (17/ 583)، معاني القرآن للزجاج (4/ 92)، الوجيز للواحدي (ص: 790)، تفسير ابن كثير (6/ 144)، تفسير القاسمي (7/ 458)، تفسير السعدي (ص: 592)
Berkata para ahli tafsir : Maka Nabi Musa memukul laut itu dengan tongkatnya, lalu terbelahlah laut dan setiap potongan dari air itu seperti gunung yang besar. (Tafsir Ibnu Jarir 17/583, Ma’ani Al-Qur’an karya Az-zujaj 4/92, Al-Wajiz karya Al-Waahidi hal. 790, Tafsir Ibnu Katsir 6/144, Tafsir Al-Qoosimii 7/458, Tafsir As-Sa’di hal. 592)
لٰكِنْ هَلِ البَحْرُ اِنْشَقَّ لِمُوْسَى وَمَنْ مَعَهُ طَرِيْقًا وَاحِدًا أَوِ اثْنَيْ عَشَرَ طَرِيْقًا؟
ذَهَبَ جُمْهُوْرُ المُفَسِّرِيْنَ إِلَى أَنَّ البَحْرَ انْشَقَّ اثْنَيْ عَشَرَ طَرِيْقًا عَلَى عَدَدِ أَسْبَاطِ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ
تفسير مقاتل بن سليمان (3/ 266)، تفسير يحيى بن سلام (2/ 506)، تفسير ابن جرير (17/ 583)، الوسيط للواحدي (3/ 354)، تفسير ابن عطية (4/ 233)، تفسير القرطبي (13/ 107)، تفسير ابن كثير (4/ 292)، تفسير السعدي (ص: 592)
Akan tetapi apakah laut yang dibelah bagi Musa dan orang-orang yang bersamanya berbentuk satu jalan atau 12 jalan??
Jumhur ulama tafsir berpendapat bahwa laut yang dibelah terbentuk menjadi 12 jalan sesuai dengan jumlah Bani Israil. (Tafsir Muqotil bin Sulaiman : 3/266, Tafsir Yahya bin Salam : 2/506, Tafsir Ibnu Jarir : 17/583, Al-Wasith karya Al-Waahidi : 3/354, Tafsir Ibnu Athiyah : 4/233, Tafsir Qurthuby : 13/107, Tafsir Ibnu Katsir : 4/292 dan Tafsir As-Sa’di hal. 592)
وَيُفْهَمُ مِنْ كَلَامِ بَعْضِ المُفَسِّرِيْنَ تَضْعِيْفُ هٰذَا القَوْلِ أَوِ التَّوَقَّفُ فِيْهِ أَوِ عَدَمُ الجَزْمِ بِهِ كَمَا تَرَاهُ فِي هٰذِهِ النَّقَوُّلِ الثَّلَاثَةِ
Dan difahami dari perkataan para ulama tafsir yaitu melemahkan pendapat ini (terbelah menjadi 12 jalan) atau ada yang tidak berpendapat atau tidak adanya kepastian dengannya, sebagaimana dapat dilihat dari tiga ucapan berikut ini :
1- قَالَ ابْنُ جُزَيِّ : (رُوِيَ أَنَّهُ صَارَ فِي البَحْرِ اثْنَا عَشَرَ طَرِيْقًا، لِكُلِّ سِبْطٍ مِنْ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ طَرِيْقٌ). تفسير ابن جزي (2/ 91)
Berkata Ibnu Juzayy : “Diriwayatkan bahwasannya laut itu terbelah menjadi 12 jalan dan setiap keturunan dari Bani Israil mendapatkan satu jalan”. Tafsir Ibnu Juzayy : 2/91.
2- قَالَ الشِّنْقِيْطِيُّ : (يَزْعُمُ المُفَسِّرُوْنَ أَنَّهُ كَانَتْ فِي البَحْرِ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ طَرِيْقًا). العذب النمير (4/ 131)
Berkata Asy-Syinqithi : “Para ulama tafsir menganggap bahwa laut yang dibelah, terbelah menjadi 12 jalan”. Al-‘adzbu An-Namir : 4/131.
3- قَالَ الشَّعْرَاوِيُّ : (اِنْحَصَرَ المَاءُ عَلَى الجَانِبَيَنِ، ﴿ كُلُّ فِرْقٍ ﴾ [الشعراء: 63] أَيْ : كُلُّ الجَانِبِ ﴿ كَالطَّوْدِ ﴾ [الشعراء: 63] يَعْنِي الجَبَلُ العَظِيْمُ.. وَصَنَعَ بَيْنَ الجَانِبَيَنِ طَرِيْقًا،.. وَالحَقُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَمْ يُبِيِّنْ لَنَا فِي انْفِلَاقِ البَحْرِ إِلَى كَمْ فِلْقَةً انْفَلَقَ، لٰكِنَّ العُلَمَاءُ يَقُوْلُوْنَ : إِنَّهُ انْفَلَقَ إِلَى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ فِلْقَةً بِعَدَدِ الأَسْبَاطِ، بِحَيْثُ يَمُرُّ كُلُّ سِبْطٍ مِنْ طَرِيْقٍ). تفسير الشعراوي (17/ 10579)
Berkata Asy-Sya’rawi : “Air pun terbelah menjadi dua belahan dan setiap belahan seperti gunung yang besar. Dan Allah Yang Maha Benar tidak menjelaskan kepada kita terkait terbelahnya lautan menjadi berapa bagian. Akan tetapi para ulama berpendapat : “Sesungguhnya terbelahnya laut itu menjadi 12 jalan sesuai dengan jumlah keturunan (Bani Israil), dimana setiap keturunan melewati jalan masing-masing”. Tafsir Asy-Sya’rawi : 17/10579.
وَيُفْهَمُ مِنَ المَنْقُوْلِ عَنْ قَتَادَةَ وَابْنِ إِسْحَاقَ أَنَّهُ حَصَلَ طَرِيْقٌ وَاحِدٌ فَقَطْ، فَعَنْ قَتَادَةَ قَالَ : (أَيْ وَاللّٰهِ، لَفَرَّقَ لَهُمُ البَحْرَ حَتَّى صَارَ طَرِيْقًا يَبِسًا يَمْشَوْنَ فِيْهِ). رواه ابن أبي حاتم في تفسيره (509)
Dan dapat difahami pula riwayat yang dinukil dari Qotadah dan Ibnu Ishaq bahwasanya laut itu terbelah menjadi satu jalan saja. Dari Qotadah beliau berkata : “Demi Allah, laut itu Allah belah sehingga menjadi satu jalan yang kering dan mereka mampu berjalan di dalamnya”. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya : 509.
وَعَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ قَالَ : ﴿ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ ﴾ [الشعراء: 63] أَيْ : كَالجَبَلِ العَظِيْمِ، عَنْ يَبِسٍ مِنَ الأَرْضِ، يَقُوْلُ عَزَّ وَجَلَّ لِمُوْسَى: ﴿ فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقًا فِي الْبَحْرِ يَبَسًا لَا تَخَافُ دَرَكًا وَلَا تَخْشَى ﴾ [طه: 77]، فَلَمَّا أَسْفَرَ لَهُ البَحْرَ عَنْ طَرِيْقٍ قَائِمَةٍ يَبِسٍ سَلَكَ فِيْهِ مُوْسَى بِبَنِيْ إِسْرَائِيْلَ، وَأَتْبَعَهُ فِرْعَوْنُ بِجُنُوْدِهِ). رواه ابن جرير في تفسيره (1/ 656) وابن أبي حاتم في تفسيره (15677)
Dadi Muhammad bin Ishaq beliau berkata : Allah berfirman : “… dan setiap belahan seperti gunung yang besar (Asy-Syu’ara : 63). Dari tanah kering, dan Allah berfirman kepada Musa : “… maka buatlah untuk mereka jalan yang kering dilaut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)” (Thaha : 77). Maka ketika laut itu nampak menjadi satu jalan yang lurus dan kering, maka berjalanlah Musa dan Bani Israil serta diikuti Fir’aun dan bala tentaranya”. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya : 1/656 dan Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya : 15677.
وَقَدَ نَقَلَ الرَّازِيُّ عَنْ بَعْضِ المُفَسِّرِيْنَ وَلَمْ يُسَمِّهِ أَنَّ البَحْرَ اِنْشَقَّ لِمُوْسَى طَرِيْقًا وَاحِدًا، وَهُوَ ظَاهِرُ عِبَارَةِ بْنِ العَرَبِي.. وَاحْتَجَّ لَهُ الرَّازِيُّ بِأَنَّهُ ظَاهِرُ قَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿ وَلَقَدْ أَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنْ أَسْرِ بِعِبَادِي فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقًا فِي الْبَحْرِ يَبَسًا لَا تَخَافُ دَرَكًا وَلَا تَخْشَى ﴾ [طه: 77]. ينظر: أحكام القرآن لابن العربي (3/ 457)، التفسير الكبير للرازي (22/ 82)
Dan Ar-Razi telah menukil dari sebagian ulama tafsir dan beliau tidak menyebutkannya bahwa laut yang terbelah buat Musa hanya menjadi satu Jalan saja. Dan ini merupakan dhahir ungkapan Ibnul Arabi… Dan Ar-Razi berdalil bahwa ini juga dhahir dari firman Allah ta’ala (Thaha ayat 77 : “Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: “Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering dilaut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)”. Ahkamul Qur’an karya Ibnul Arabi : 3/457 dan At-Tafsir Al-Kabir karya Ar-Razi :22/82.
فَالرَّاجِحُ أَنَّ البَحْرَ اِنْشَقَّ لِمُوْسَى طَرِيْقًا وَاحِدًا كَمَا هُوَ ظَاهِرُ القُرْآنِ، وَالقَوْلُ بِأَنَّ البَحْرَ اِنْشَقَّ اثْنَيَ عَشَرَ طَرِيْقًا هُوَ قَوْلُ أَهْلِ الكِتَابِ وَأَخَذَهُ عَنْهُمْ المُفَسِّرُوْنَ، وَفِيْهِ إِشْكَالَاتٌ كَثِيْرَةٌ ذَكَرَهَا الأَلُوْسِي، وَاللّٰهُ أَعْلَمُ. ينظر: روح المعاني للألوسي (10/ 85)
Dan yang rajin (kuat) bahwasannya laut yang terbelah buat Musa hanya menjadi satu jalan saja sebagaimana dhahir Al-Qur’an. Sedangkan pendapat yang mengatakan bahwa laut terbelah menjadi 12 jalan adalah pendapat yang berasal dari Ahlul Kitab dan diambil oleh sebagian para ulama tafsir padahal didalam pendapat tersebut terdapat kerancuan-kerancuan yang banyak sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Alusi, Wallahu A’lam. Ruuhul Ma’ani karya Al-Alusi : 10/85.
- Tim Medsos MSU (PKPPS Tingkat Ula Al Ukhuwah Sukoharjo)