RINGKASAN KAJIAN ILMIYAH BERSAMA SYAIKH PROFESOR DOKTOR IBRAHIM BIN AMIR AR-RUHAILY
TEMA : KARAKTERISTIK WALIYULLAH
Diantara fiqih fiddin (pemahaman dalam agama) adalah mengenal tingkatan hamba mukmin dalam agama untuk dilaksanakan dan digapai kedekatan kepada Allah dengan amalan shalih. Allah berfirman :
لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا
“… Untuk menguji kalian mana yg lebih bagus amalannya…” (Al-Mulk : 2)
- Martabat wali
Wali secara bahasa digunakan untuk makna dekat. Al-wali lawan Al-‘adu (musuh) dan wala’ lawannya permusuhan. Juga untuk makna berurutan susul menyusul seperti hujan. Juga untuk munasharah (membela) dan mendukungnya. Asal cinta adalah kedekatan
Wali secara istilah : syeikhul Islam berkata:
وَلايةُ: ضِدُّ العَداوةِ، وأصلُ الوَلايةِ: المَحَبَّةُ والقُرْبُ، وأصلُ العَداوةِ: البُغضُ والبُعدُ. وقد قيلَ: إنَّ الوَليَّ سُمِّي وليًّا مِن مُوالاتِه للطَّاعاتِ، أي: مُتابَعَتِه لها، والأوَّلُ أصَحُّ. والوَليُّ: القَريبُ، يُقالُ: هَذا يَلي هَذا، أي: يَقرُبُ منه
“Wali lawan dari permusuhan. Dan asal dari kata wali adalah kecintaan dan kedekatan sedangkan asal permusuhan adalah kebencian dan menjauh….”
- Kata wali dalam Al Quran ada lebih dari 90 ayat. 54 pada wali Allah, 36 pada wali syaitan. Pengertian kata wali dalam Al Quran:
1. Wali berarti kecintaan Allah. Allah beerfirman :
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ ۗ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (Al-Baqarah : 257).
2. Kecintaan kepada Rasulullah dengan melindunginya, seperti firman Allah :
إِن تَتُوبَا إِلَى اللَّهِ فَقَدْ صَغَتْ قُلُوبُكُمَا ۖ وَإِن تَظَاهَرَا عَلَيْهِ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ مَوْلَاهُ وَجِبْرِيلُ وَصَالِحُ الْمُؤْمِنِينَ ۖ وَالْمَلَائِكَةُ بَعْدَ ذَٰلِكَ ظَهِيرٌ
“Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula”. (At-Tahrim : 4)
3. Saling cinta antara kaum mukminin. Allah berfirman :
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيم
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (At-Taubah : 71)
4. Muwalat antara orang kafir. Allah berfirman :
وَٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُن فِتْنَةٌ فِى ٱلْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ
“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain…”. (Al-Anfal : 73)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :
عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا. فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ : بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ. فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ : حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Hampir saja para umat mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya, “Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata, “Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya, “Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata, “Cinta dunia dan takut mati.”” (HR. Abu Daud dan Ahmad 5: 278)
5. Loyalitas dan saling tolong menolong diantara orang-orang dzhalim. Allah berfirman :
وَإِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۖ وَٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلْمُتَّقِينَ
“…. Dan Sesungguhnya orang-orang yang dzalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa.” (Al-Jatsiyah : 19)
Kata dhalim dalam Islam digunakan untuk menyebutkan dua hal yaitu kedhaliman yang besar dan kedhaliman yang kecil. Kedhaliman yang besar adalah kekufuran dan kesyirikan sedangkan kedhaliman yang kecil adalah kemaksiatan (dosa) manusia sehingga kemaksiatan itu merugikan dirinya sendiri.
6. Muwalat (loyalitas) dan cinta syaithan.
إِنَّا جَعَلْنَا ٱلشَّيَٰطِينَ أَوْلِيَآءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman”. (Al-A’raf : 27)
Allah juga berfirman :
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ ۗ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah Taaghut (syaitan), yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (Al-Baqarah : 257)
- Siapakah Wali Allah?
Pembahasan tentang wali Allah, siapa mereka, apa ciri-ciri dan sifatnya harus sesuai dengan firman Allah dan sabda Rasylullah shallallahu ‘alaishi wasallam. Berikut ini ayat-ayat dan dalil-dali tentang wali Allah dan hakekatnya :
1. Firman Allah yang pertama :
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (63)
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang beriman dan selalu bertaqwa“. (Yunus : 62 – 63).
Di dalam ayat ini Allah memuji walinya dan berjanji akan memberi rasa aman dan bahagia pada mereka. Para wali Allah tidak akan merasakan takut dan khawatir terhadap kehidupan akhiratnya juga tidak bersedih hati terhadap dunia yang dia tinggalkan. Allah menjelaskan dua sifat wali Allah dalam ayat ini yaitu imam dan takwa. Sehingga orang yang mewujudkan dua sifat ini dalam dirinya maka ia adalah wali Allah dengan melaksanakan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan.
2. Firman Allah yang kedua :
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيم
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (At-Taubah : 71)
Ayat ini menerangkan adanya kewalian antara sesama Muslim. Ketika seorang Muslim mencintai muslim lainnya, menyayanginya, memuliakannya dan menghormatinya maka dia telah menjadikan seorang Muslim itu sebagai walinya. Dan loyalitas seorang Muslim dengan Muslim lainnya berlandaskan kewalian karena Allah ta’ala.
3. Firman Allah dalam Hadits Qudsi :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ : «إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيّاً فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ. وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ. وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا. وَلَئِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيْذَنَّهُ» رَوَاهُ البُخَارِيُّ.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘slaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, ‘Barangsiapa yang menyakiti waliku, maka Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai selain apa yang Aku wajibkan baginya. Hamba-Ku senantiasa mendekat diri kepada-Ku dengan amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Apabila aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaku, pasti aku beri. Jika dia meminta perlindungan kepada-Ku pasti aku lindungi.’” (HR. Bukhari)
Hadits ini menerangkan kedudukan para wali Allah. Allah mengancam siapa saja yang menyakiti wali-Nya dan siapa yang berani memeranginya maka Allah akan memeranginya juga. Juga disebutkan dalam hadits ini terkait amalan wali Allah, yaitu ada 2 : Amalan wajib dan Amalan Sunnah. Allah mencintainya ketika mengamalkan yang wajib dan semakin mencintainya bila menambah dengan amalan Sunnah. Ganjaran bagi para wali Allah adalah Allah akan menjaga pandangannya, pendengarannya, tangannya dan kakinya dari segala kejelekan.
- Tingkatan wali-wali Allah.
Allah menerangkan bahwa wali Allah ada 2 tingkatan :
1. As-Saabiqun al muqarrabun mereka adalah : Para hamba Allah yang mengerjakan perintah wajib dan meninggalkan yang haram dan menyempurnakannya dengan amalan Sunnah serta menjauhi hal-hal yang makruh dan yang mubah. Firman Allah :
وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ أُولَٰئِكَ الْمُقَرَّبُونَ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ
“Dan orang-orang yang beriman paling dahulu, Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan”. (Al-Waqi’ah : 10-12)
Mereka ini adalah para sahabat, tabiin dan tabi’ut tabiin. Ini banyak dari orang terdahulu dan sedikit dari orang setelahnya. Dijelaskan dalam firman Allah :
ثُلَّةٌ مِّنَ الْأَوَّلِينَ وَقَلِيلٌ مِّنَ الْآخِرِينَ
“Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian”. (Al-Waqiah : 13-14)
2. As-Habul Yamin (golongan kanan) Al Muqtasidun (pertengahan) mereka adalah : Para hamba Allah yang mengerjakan perintah yang wajib namun tidak mengerjakan amalan-amalan sunnah dan masih banyak mengerjakan amalan-amalan mubah. Seperti yang dijelaskan firman Allah :
وَأَصْحَابُ الْيَمِينِ مَا أَصْحَابُ الْيَمِينِ (27) فِي سِدْرٍ مَّخْضُودٍ (28) وَطَلْحٍ مَّنضُودٍ (29) وَظِلٍّ مَّمْدُودٍ (30) وَمَاءٍ مَّسْكُوبٍ (31) وَفَاكِهَةٍ كَثِيرَةٍ (32) لَّا مَقْطُوعَةٍ وَلَا مَمْنُوعَةٍ (33) وَفُرُشٍ مَّرْفُوعَةٍ (34) إِنَّا أَنشَأْنَاهُنَّ إِنشَاءً (35) فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا (36) عُرُبًا أَتْرَابًا (37) لِّأَصْحَابِ الْيَمِينِ (38)
“Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon bidara yang tak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas, dan air yang tercurah, dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya. dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk. Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. penuh cinta lagi sebaya umurnya. (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan”. (Al-Waqiah : 27-38).
Mereka banyak dikalangan terdahulu dan banyak dari orang setelahnya. Allah berfirman :
ثُلَّةٌ مِّنَ الْأَوَّلِينَ (39) وَثُلَّةٌ مِّنَ الْآخِرِينَ (40)
“Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian”.
Mereka (para wali Allah) bertingkat-tingkat sesuai dengan iman dan takwa mereka. Para wali ini tidak Maksum oleh karenanya berdoa dengan doa :
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنتَ مَوْلَانَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
(Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (Al-Baqarah : 286).
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
“Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat.” (HR. Tirmiżi no. 2499, Ṣahih al-Targīb 3139)
Tidak semua wali harus memiliki karamah. Ada yang terjadi seperti pada Kholid bin Walid yang minum racun dan tetap sehat. Juga ashhab Al Kahfi.
Bukanlah karamah menjadi syarat wali. Pada zaman tabi’in lebih banyak karamah terjadi daripada zaman sahabat. Karomah ini diberikan kepada wali-walinya dan ada juga wali Allah yang tidak diberikan karomah. Karomah tertinggi adalah diberikan keistiqamahan dan keteguhan dalam Iman dan takwa.
Beda antara kejadian luar biasa itu karomah dan bukan?
Kesalahfahaman tentang wali :
- Wali Mengetahui ilmu ghaib
- Wali keturunan Ahlu bait, selain mereka tidak bisa jadi wali Allah.
- Wali menjadi orang gila
- Wali punya penampilan khusus pada pakaian dan makanan serta minuman khusus.
- Catatan kecil (ringkas) yang ditulis oleh Al Ustadz Khalid Syamhudi, Lc. hafidzahullah. Semoga bermanfaat