بسم الله الرحمن الرحيم
Syarah Kitab Arba’in Fi Huquuq Rabb al-‘Alaamiin
Disampaikan oleh Syaikh Abdul Aziz Muhammad Habib al-Kamaly hafizhahullah
Definisi Syirik
Lawan dari Tauhid adalah syirik, dan dengan mengetahui syirik akan bertambah pula pengetahuan tentang tauhid.
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَان رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ : كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُوْنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَ كُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي…. أخرجاه
Dari Hudzaifah, Beliau berkata, “Orang-orang senantiasa bertanya kepada Nabi ﷺ tentang kebaikan, dan aku selalu bertanya kepada beliau ﷺ tentang kejelekan karena aku khawatir bisa menimpaku.” (HR. al-Bukhari no. 3606 dan Muslim no. 1847)
Dari Umar radhiallahu’anhu, “Aku telah mengetahui kapan kehancuran arab, jika yang memimpin mereka adalah orang-orang yang tidak pernah mengikuti Sunnah Rasulullah ﷺ dan tidak mengetahui perkara jahiliyah” (Dikeluarkan oleh Al-Hakim dalam mustadrak nya dan berkata adz-Dzahabi, ini adalah Shohih.)
Syirik secara bahasa :
Dikembalikan kepada makna pencampuran dan penggabungan
Syirik secara Syar’i, artinya menyamakan selain Allah dengan Allah dalam apa yang menjadi salah satu sifat khusus Allah Ta’ala. Barangsiapa yang menjadikan sesuatu dari kekhususan Allah dalam Uluhiyah, Rububiyah, atau Asma wa shifat (nama-nama Allah dan sifat-Sifat Allah) kepada selain Allah maka dia adalah seorang musyrik walapun dia beribadah kepada Allah dan mengesakan Allah di perkara-perkara lainnya.
Allah berfirman tentang perkataan Musyrikin :
تَاللَّـهِ إِن كُنَّا لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
“demi Allah: sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, (QS. Asy-Syu’araa: 97).
Allah Ta’ala berfirman:
ثُمَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ
“…. Namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka. (QS. Al-An’aam: 1).
وعن ابن مسعود أن رسول الله ﷺ قال في جواب من سأله أَىُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ قَالَ « أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهْوَ خَلَقَكَ » أخرجاه
Dan dari Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda berkaitan dengan jawaban terhadap orang yang bertanya tentang dosa yang paling besar di sisi Allah? Beliau ﷺ bersabda: “Engkau menjadikan bagi Allah tandingan dan Allahlah yang telah menciptakanmu.) (HR. Al-Bukhari no. 6811 dan Muslim no. 86).
Dengan mempelajari tauhid, seseorang muslim akan mengetahui apa yang khusus bagi Allah dan apa yang tidak khusus bagi Allah, maka contohnya dari perbuatan Allah yang khusus, yaitu: Penciptaan, Menurunkan hujan, mengetahui apa yang didengar dan apa yang dilihat dari kejauhan. Termasuk sifat musytarakah (sifat yang dimiliki oleh Al-Khaliq dan Makhluk) yaitu al-Kalam (bicara). Allah berfirman dan makhluk juga berbicara, namun perkataan Allah adalah menurut sisi kesempurnaan yang layak hanya bagi Allah Dzat Yang Maha Suci. Diantara amalannya ada yang ibadah atau non ibadah, tergantung situasi, seperti rasa takut, maka seorang hamba hendaknya harus senantiasa takut kepada Allah, dan boleh saja takut terhadap makhluk jika itu ketakutan yang natural, dan akan ada pembahasannya secara mendalam. diantaranya adalah amalan yang hanya bersifat ibadah dan tidak dapat ditujukan kepada selain Allah, seperti penyembelihan dan nadzar.
Yang memperjelas pengertian musyrik dan membantu memahaminya: mengetahui kondisi kaum kafir Quraisy dan kedudukannya terhadap tiga macam tauhid:
Sedangkan Tauhid Rububiyah maka mereka beriman dengan jenisnya dan secara umumnya, dan hal ini ditunjukkan pada beberapa aspek:
Allah menyikapi mereka dengan hal ini dan mewajibkan mereka setelah meyakini Tauhid Rububiyah untuk meyakini pula Tauhid Uluhiyah, Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَمَن يُخْرِجُ ٱلْحَىَّ مِنَ ٱلْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ ٱلْمَيِّتَ مِنَ ٱلْحَىِّ وَمَن يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ ٱللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ
Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah “Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?” (QS. Yunus: 31).
Allah Ta’ala berfirman :
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ وَسَخَّرَ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah”, maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).” (QS. Al-ankabuut: 61).
Allah Ta’ala berfirman :
أَمَّنْ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ وَأَنزَلَ لَكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَنۢبَتْنَا بِهِۦ حَدَآئِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ مَّا كَانَ لَكُمْ أَن تُنۢبِتُوا۟ شَجَرَهَآ ۗ أَءِلَٰهٌ مَّعَ ٱللَّهِ ۚ بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ
“Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).” (QS. An-Naml: 60), dan ayat lainnya.
Dari Ibnu Abbas dalam tafsir ayat : (Dan jika engkau bertanya kepada mereka…) (QS. Az-Zumar: 38) dan beliau berkata: (engkau bertanya kepada mereka siapa yang menciptakan mereka dan siap yang menciptakan langit dan bumi maka merekapun berkata: Allah maka yang demikian adalah imannya mereka dan mereka beribadah kepada selain Allah) Riwayat Ibnu Abi Hatim.
Mereka menyembah tuhan-tuhannya semata-mata karena mereka yakin bahwa tuhan-tuhan itu akan mendekatkan mereka kepada Allah Azza wa Jalla dan para tuhan tersebut memberi syafaat bagi mereka dan mereka tidak menyakini bahwa tuhan-tuhan itu adalah pemberi kehidupan, kematian, dan rezeki. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman: “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. (QS. Az-Zumar: 3). Oleh karena mereka itu ketika dalam keadaan susah maka mereka mengarahkan ibadah mereka kepada Allah karena keyakinan mereka bahwa ditangan Allah yang bisa menyimpangkan, memberikan kemanfaatan dan kemudhoran. Allah Ta’ala berfirman:
فَإِذَا رَكِبُوا۟ فِى ٱلْفُلْكِ دَعَوُا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ فَلَمَّا نَجَّىٰهُمْ إِلَى ٱلْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
“Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya”. (QS. Al-Ankabut; 65)
Sesungguhnya berbagai nash dari al-Qur’an dan as-Sunnah menyeru kepada Tauhid Uluhiyah, Allah Ta’ala berfirman: “Hai manusia, sembahlah Rabbmu (QS. Al-Baqarah: 21). Dan didalamnya tidak ada perintah dengan tauhid dalam rububiyah dan yang demikian karena telah ditetapkan bagi semuanya. Keimanan mereka hanya pada jenis tauhid Rububiyah, bukan tauhid yang sepenuhnya, mereka mengingkari hari kiamat, kebangkitan, hari penghisaban, dan lain-lain.
Sedangkan Tauhid Asma wa shifat maka mereka mengakui semua nama-nama Allah kecuali sebagian dari mereka ada yang mengingkari nama ar-Rahman secara khusus, dan hal tersebut adalah pengingkaran sebagai bentuk pengeyelan dan takabbur (kesombongan). Karena telah ada pada symbol-simbol yang dipakai mereka penamaan Allah dengan ar-Rahman, dan tidak diketahui bahwa mereka mengingkari selain nama ar-Rahman. Karena jika mereka melakukan hal tersebut, tentu mereka akan keberatan dengan Nabi ﷺ, sebagaimana mereka keberatan dengan nama Ar-Rahman, dan sedangkan berkaitan dengan sifat-sifat Allah, tidak diketahui bahwa mereka (orang yang mengingkari nama-nama Allah) mengingkari sesuatupun dari sifat-sifat Allah.
Sedangkan tauhid Uluhiyah, maka itulah tauhid yang mereka selisihi, mereka berkata, “
Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. (QS. Shod: 5) dan mereka dalam hal demikian senantiasa beribadah kepada Allah dan terkadang mengesakan-Nya, dan termasuk yang demikian antara lain:
Mereka beritikaf di masjid-masjid, maka dari Umar bin al-Khaththaab radhiallahu’anhu, bahwa Beliau berkata: wahai Rasulullah ﷺ : “Wahai Rasulullah ﷺ aku bernadzar di dalam Jahiliyah agar aku bisa itikaf malam hari di masjid? Beliau bersabda: “Penuhilah nadzarmu” (HR. Al-Bukhari no. 2032 dan Muslim no. 1656)
فعن عائشة رضي الله عنها أنها قالت: عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّة
Dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, Beliau berkata, “Dahulu hari ‘Asyura adalah hari yang orang-orang Quraisy pergunakan pada masa jahiliah untuk berpuasa. “ (HR. Al-Bukhari no. 4505 dan Muslim no. 1125)
Mereka senantiasa banyak berdzikir kepada Allah, Nabi ﷺ ketika pergi menuju Gua Hira dalam rangka beribadah kepada Allah, dan tidak heran orang arab saat itu, bahwa Mereka biasa menyediakan air untuk para peziarah dan memelihara Masjidil Haram, dan di antara mereka. mereka adalah orang-orang yang terkenal karena ibadahnya.
Mereka mencintai Allah, sebagaimana firman Allah:
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ ٱللَّهِ
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.” (QS. Al-Baqarah : 165)
Bahkan mereka mengikhlaskan doa hanya kepada Allah ketika dalam keadaan berkesulitan, Allah Ta’ala berfirman:
Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; (QS. Al-Ankabuut: 65)
Dan ini semuanya tidak menguatkan bahwa syirik itu penyetaraan Allah kepada selainnya dalam sesuatu yang itu termasuk kekhususan Allah. Maka tidak disyaratkan untuk sama dalam setiap segala sesuatu. Bahkan orang yang mensyirikan Allah dalam satu macam dari macam-macam tauhid, maka dia termasuk musyrik walaupun dia mengesakan Allah dalam macam lainnya.
#DaurahMaSyaikh_Surabaya
#DaurahYayasanMinhajusSunnah2024_1445H
#BagianKeempat
Diterjemahkan seadanya dan sebisanya oleh Ustadz Zaki Rakhmawan Abu Usaid hafidzhahullahu ta’ala