بسم الله الرحمن الرحيم
Syarah Kitab Arba’in Fi Huquuq Rabb al-‘Alaamiin.
Disampaikan oleh Syaikh Abdul Aziz Muhammad Habib al-Kamaly hafizhahullah
Muqaddimah dalam Tauhid dan Syirik
Tauhid secara bahasa: Al-Ifrod (mengesakan),
Secara syar’i: Mengesakan Allah dengan apa yang dikhususkan bagi Allah dari Uluhiyah, Rububiyah dan Al-Asma’ wa Shifat (nama-nama dan Sifat-sifat Allah) dan meniadakan dari selain-Nya. Tauhid itu adalah lafazh yang syar’i. (keterangannya adalah sebagai berikut :
Dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhu pada pengutusan Mu’adz oleh Nabi ﷺ ke yaman, (didalam hadits disebutkan), “Maka pertama kali yang engkau serukan kepada mereka adalah persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah) (dikeluarkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim) dan dalam Riwayat al-Bukhari: ((serulah mereka) untuk mentauhidkan Allah)).
Dari Jabir radhiallahu’anhu dalam sifat Haji, (dalam hadits tersebut disebutkan): (Maka Beliau bertalbiyah dengan tauhid) HR. Muslim no. 1218.
Kata Tauhid itu adalah La Ilaaha Illa Allah (tidak ada dzat yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah) dan kata tersebut adalah buhul tali yang kokoh, dan persaksian dengan nya adalah bagian dari rukun Islam yang pertama.
Allah berfirman :
لاَ إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْد مِن الْغَي فَمَن يَكْفُرْ بالطَّاغُوت وَيُؤْمِن بِاللّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انَفِصَام لَهَا وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “ (QS. Al Baqarah:256)
Dari Umar dari Nabi ﷺ Beliau bersabda: “Islam itu engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan Muhammad (ﷺ) adalah utusan Allah).” (HR. Muslim)
Dan makna syahadat La Ilahaa Illa Allah menjadi jelas dengan menyebutkan makna Syahadat (persaksian) dan al-Ilah (sesembahan). Dengan penjelasan I’robnya. Dan Persaksian itu adalah pengabaran tentang ilmu, maka persaksian itu harus ada dua perkara:
Pertama : Ilmu dan Keyakinan. Kalau tidak ada keduanya maka tidak akan memberikan manfaat. Allah Ta’ala berfirman:
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata:
نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُۥ وَٱللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ لَكَٰذِبُونَ
“Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. (QS. Al-Munafiqun: 1)
Kedua : Pengucapan dan pengabaran, maka barangsiapa yang tidak mengucapkan 2 persaksian padahal dia mampu untuk mengucapkannya maka dia tidak akan menjadi seorang mukmin walaupun dia menyakini kebenaran dua persaksian tersebut. Sedangkan pengabaran maka itu adalah keharusan, kecuali jika terpaksa harus penyembunyian karena takut celaka dan sejenisnya.
Al-Ilah, adalah al-Ma’buud (yang diibadahi) secara ijma’ (Menurut Ibnu Abdil Barr), kata (Allah) asalnya adalah al-Ilah, dan illah itu adalah sesuai wazan rumus Fa’aala dengan makna maf’ul (objek). Sebagaimana dikatakan Firash (hamparan/dipan) dengan makna mafrusy (yang dihamparkan/pembaringan), dan kitab (buku) maknanya adalah maktuub (yang ditulis). Dan al-Ilah itu diambil dari kata kerja dalam bahasa arab Alah – ya’lahu jika diibadahi.
Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu’anhuma, Beliau berkata:
Allah Dzat yang memiliki al-Uluhiyah wal Ma’budiyah (diibadahi) atas seluruh hamba-hamba-Nya). Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.
#DaurahMaSyaikh_Surabaya
#DaurahYayasanMinhajusSunnah2024_1445H
#BagianPertama
Diterjemahkan seadanya dan sebisanya oleh Ustadz Zaki Rakhmawan Abu Usaid hafidzhahullahu ta’ala