RANGKUMAN BAB 7 – MENGURUS JENAZAH

 

A. Segera dimandikan

  • Mempersiapkan peralatan.
  • Memasukkan mayit ke dalam ruang tertutup.
  • Orang yang memandikan hendaknya dari kalangan keluarga atau yang faham hukum-hukumnya.
  • Sebelum dimandikan, mayit dibersihkan kotorannya.
  • Mewudhukan si mayit.
  • Setelah berwudhu mayit dimandikan dengan mengguyurkan air dari sebelah kanan kepala, tubuh dan kaki.
  • Membilas secukupnya.
  • Terakhir dibilas dengan air kapur barus.
  • Menjaga ketenangan.
  • Membersihkan ruang pemandian setelah memandikan mayit.

 

B. Mengkafani

  • Menyiapkan kain kafan yang telah diberi kapur barus atau minyak wangi. 3 lembar kain kafan bagi mayit laki-laki dan 5 lembar kain kafan bagi mayit perempuan.
  • Membentangkan kain kafan dengan rapih.
  • Mengangkat mayit keatas kain kafan dengan melintang ke arah Ka’bah, kepala disebelah Utara.
  • Menutup kemaluan, ketiak, lipatan tubuh, jari-jemari, tempat sujud serta lobang badan dengan kain.
  • Menyisir rambut mayit.
  • Menyedekapkan kedua tangan mayit.
  • Menutup mayit dengan kain kafan pertama, lalu kedua dan ketiga.
  • Setelah semuanya selesai, ikatkan ikatan pada atas kepala, dada, perut, paha dan kaki.
  • Menjaga ketenagan ruangan dan rumah.
  • Dibolehkan bagi kerabat atau teman mencium kening mayit.

 

C. Mensholatkan

  • Mengangkat mayit.
  • Meletakkannya di atas keranda atau tempat pembaringan.
  • Imam memposisikan dirinya berdiri sejajar kepala jika mayit laki-laki dan sejajar perut jika mayit perempuan.
  • Menunggu jama’ah yang akan ikut.
  • Sholat dilaksanakan tanpa adzan dan iqomat.
  • Tanyakan kepada pelayat terkait hutang-piutang.
  • Mengajak jama’ah agar ikut mensholatkannya.
  • Bariskan makmum dengan lurus dan rapat dan dijadikan 3 shaf atau lebih.
  • Laksanakan sholat dengan khusyu’, tenang dan mengharap pahala serta ampunan kepada Allah.
  • Mengikuti gerakan imam tanpa mendahuluinya.
  • Setelah disholatkan segera dibawa ke kuburan.

 

D. Penguburan

  • Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan.
  • Jika tanah padat dan tidak mudah runtuh, kuburan dibikin lahad/relung ke kiblat sisi sebelah Barat.
  • Jika tanah mudah runtuh maka boleh mayit diletakkan ditengah-tengah.
  • Berusaha tenang, tidak terlalu cepat apalagi bergurau.
  • Membawa mayitb diatas keranda.
  • Menjaga ketenagan saat membawa mayit.
  • Melepas alas kaki saat memasuki kuburan.
  • Tidak boleh melangkahi atau menginjak kuburan.
  • Meletakkan keranda ditempat yang pas untuk memasukkan mayit ke liang lahad (seelah Utara / Timur).
  • Menurunkan anggota keluarga ke liang kubur untuk menerima mayit dari atas.
  • Orang yang di dalam liang menerima mayit sambil mengucapkan ; “Bismillah wa’alaa millati rasulillah”.
  • Membaringkan mayit menghadap kiblat dan melepas ikatan-ikatannya.
  • Meletakkan sandaran atau penyanggah dari kepalan tanah agar mayit bisa miring.
  • Menjaga ketenangan, berfikir dan tidak gundah sambil menata papan, bambu atau lainnya.
  • Menutup atasnya dengan tikar, plastik atau lainnya sebelum ditimbun dengan tanah.
  • Menimbun dengan perlahan.
  • Meratakan permukaan atas tanah dengan bentuk setengah cembung atau persegi.
  • Memberi tanda dengan batu atau kayu dibagian atas kepala dan kaki.
  • Diperbolehkan menyiram air di permukaan tanah agar tidak berdebu atau agar menjadi keras.
  • Berhenti sejenak untuk mendoakan : “Allahummaghfir lahu wa tsabbithu bilqoulits tsabit” .
  • Menghindari larangan Nabi terkait kuburan, yaitu ; duduk diatas kuburan, membangun kuburan, sholat menghadap kuburan, menjadikan kuburan sebagai rumah atau masjid, membuat tulisan-tulisan di atas kuburan, melabur dengan kapur maupun cat.
  • Shalat ghaib bisa dilaksanakan oleh orang yang tidak sempat mensholatkan.
  • Mendoakan bagi mayit kebaikan di Dunia dan Akhirat.

 

 

Diringkas oleh Ahmad Imron bin Muhadi Al Fanghony hafidzahullahu ta’ala

Rujukan : Buku Adab Islami kelas VI MSU Al Ukhuwah Sukoharjo

By Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *